Komplikasi nomor satu demam dan batuk pilek adalah dehidrasi

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak Miza Afrizal Sp.A mengatakan perlu menjaga imunitas anak dengan memenuhi tiga unsur penting dalam pertahanan tubuh untuk mencegah terserang penyakit.

"Nomor satu nutrisi, bukan cuma makan banyak tapi bervariasi. Jangan makan banyak tapi junkfood, mie instan, telor terus, lalu kedua istirahat sama imunisasi. Tiga itu pilar penting," ucap Miza dalam diskusi mengenai batuk pilek yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan pemenuhan nutrisi untuk anak bisa didapatkan dari makanan sehari-hari yang mudah ditemui dan kaya vitamin seperti vitamin D, vitamin C, dan Zinc, yang bisa didapat dari susu, kacang-kacangan, daging dan buah.

"Di makanan sehari-hari vitamin C ada di jeruk, nanas, Zinc ada di kacang-kacangan dan daging, vitamin D bisa dapat dari susu. Kalau bisa penuhi itu dan lebih bagus dari makanan asli," ucap Miza.

Baca juga: Dokter: Waspadai penyakit yang bisa serang anak saat musim hujan

Baca juga: Dokter: Daya tahan tubuh berkorelasi pada tumbuh kembang anak

Bagi orangtua yang ingin memberikan penunjang imun atau immune booster dalam bentuk suplemen, disarankan berhati-hati dalam memilih seiring maraknya kasus yang sedang ramai yaitu gangguan ginjal akut pada anak.

Miza juga menyarankan jika anak terserang batuk atau pilek, bisa melakukan terapi berendam air hangat untuk membantu mengencerkan lendir di saluran pernapasan anak.

"Berendam air hangat fungsinya untuk hidung mampet karena uap dari air hangat membantu melegakan hidungnya yang mampet karena lendir," ucap Miza.

Selain itu jika penyakit tersebut disertai demam, bisa dilakukan skin-to-skin atau sentuhan dari kulit ke kulit orangtua pada anaknya jika masih di bawah enam bulan. Dan tetap penuhi kebutuhan cairannya selama proses penyembuhan.

"Komplikasi nomor satu demam dan batuk pilek adalah dehidrasi, karena anaknya kurang minum sehingga dehidrasi. Pastikan minumnya banyak kalau enam bulan ke bawah ASI, enam bulan ke atas boleh ASI dan air putih," ucapnya.

Dokter yang sering membuat konten edukasi kesehatan anak ini juga mengatakan madu bisa membantu mengatasi gejala batuk pilek pada anak.

Miza mengatakan terapi uap atau nebulisasi yang sering dilakukan orangtua untuk meredakan batuk dan pilek nyatanya hanya meringankan proses infeksi secara sementara, yaitu hanya bertahan 30 menit sampai dua jam.

"Kerjanya cepat hilangnya juga cepat, masuk lewat saluran pencernaan bisa bertahan enam sampai 12 jam, kalau di pernapasan akan hilang 30 menit sampai dua jam. Nebulisasi akan cocok kalau asma atau bronkitis," jelasnya.

Selain itu, metode nebulisasi juga akan meninggalkan obat dalam bentuk partikel-partikel cair kecil di area rongga mulut sehingga membuat mulut anak menjadi pahit dan menjadi tidak nafsu makan.

"Penggunaan jangka panjang bisa bikin jamur, karena uap nebu nempel di mulut jadi sariawan anaknya. Kalau sudah di bawa ke dokter disuruh nebu tidak apa-apa, tapi kalau sendiri lebih baik jangan," ucap Miza.

Sebagai perawatan di rumah jika anak pilek yaitu dengan menyedot lendir di saluran pernapasan anak menggunakan alat bulb syringe atau penghisap hidung berbentuk bulat, dan pastikan jangan menggunakan mulut langsung.

"Sebagai home treatment yang di rongga hidung boleh di sedot, sedotnya pastikan jangan melibatkan mulut karena akan mindahin bakteri dari mulut kita ke anak," tutupnya.

Baca juga: Dokter ingatkan orang tua jaga imunitas anak selama pandemi

Baca juga: Jaga imunitas anak di masa pandemi COVID-19 dengan mencukupi gizi

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022