Jakarta (ANTARA) - Khazanah pariwisata Bali sudah dikenal seantero dunia. Bali menjadi salah satu tujuan melancong wisatawan asing maupun wisatawan domestik. Kendati begitu, Bali terus berbenah dengan membangun maupun merevitalisasi infrastruktur di berbagai sektor guna mendukung keamanan dan kenyamanan wisatawan .

Infrastruktur merupakan salah satu kunci jika suatu daerah ingin banyak dikunjungi wisatawan. Dengan tersedianya infrastruktur maka akan mempermudah akses, sehingga siapa pun yang berkunjung akan merasa aman dan nyaman.

Bali yang setiap tahun dikunjungi jutaan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, terus berbenah, membangun dan merevitalisasi berbagai infrastruktur mulai dari bandar udara, pelabuhan, objek wisata, jalan tol, bahkan rumah sakit bertaraf internasional.

Meskipun hampir semua infrastruktur di Bali saat ini sudah tersedia, namun tidak menyurutkan pemerintah pusat maupun daerah setempat untuk membangun dan atau merevitalisasi berbagai infrastruktur yang ada atau membangun yang baru.

Salah satu proyek strategis dan prestisius yang kini sedang dibangun adalah Proyek Pengerukan Alur dan Kolam Pelabuhan Benoa Paket B, Bali. Proyek ini sedang dalam proses penyelesaian guna mendukung pariwisata maritim di "Pulau Dewata".

Badan usaha milik negara bidang konstruksi PT PP (Persero) dipercaya untuk menangani salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) ini dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan kesejahteraan masyarakat setempat.

Proyek Pengerukan Alur dan Kolam Pelabuhan Benoa diperkirakan akan menghabiskan dana Rp814 miliar, dengan rincian untuk proyek utama Pelabuhan Benoa Rp552,75 miliar, provisi sebesar Rp30 miliar, serta Rp232 miliar untuk pengembangan lanjutan.

Pembangunan dan revitalisasi ini didanai dari Penyertaan Modal Negara (PMN). Pada termin awal paket ini dikucurkan uang muka sebesar 20 persen. Setelah proyek selesai 100 persen, kekurangannya baru akan dibayarkan kemudian.

Proyek ini merupakan bagian dari pengembangan Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) senilai Rp1,2 triliun. BMTH pun diklaim bakal menjadi tempat sandar kapal pesiar terbesar di Asia, sehingga akan semakin mempopulerkan Bali sebagai tujuan wisata dunia, serta menunjukkan Indonesia sebagai negara maritim andal.

Harmonisasi pembangunan

Hal menarik dan perlu mendapat apresiasi dalam pembangunan Pelabuhan Benoa adalah dapat sejalan dengan visi pemerintah Provinsi Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Artinya, menuju Bali Era Baru dengan menata secara fundamental dan komprehensif pembangunan Bali yang mencakup tiga aspek utama yakni alam, krama dan kebudayaan Bali berdasarkan nilai-nilai Tri Hita Karana yang berakar dari kearifan lokal Sat Kerthi.

Harmonisasi pembangunan penting untuk menggambarkan kehidupan asli masyarakat Bali yang lekat akan budaya dan tradisi. Harmonisasi juga untuk menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya.

Infrastruktur lain yang kini sedang digarap di Bali adalah pembangunan infrastruktur untuk mendukung proyek Bali International Hospital di Sanur. Pengerjaan proyek ini sudah mencapai 84 persen dan ditargetkan selesai 100 persen pada pertengahan November 2022.

Pembangunan sejumlah infrastruktur dasar untuk membangun gedung rumah sakit berskala internasional ini pertama di Bali. Sedangkan infrastruktur dasar yang dimaksud adalah jalan utama, drainase utama, penerangan jalan umum (PJU, serta jalan utilitas kawasan.

Pembangunan infrastruktur senilai Rp28,30 miliar ini penting dan strategis dalam upaya menarik investor, mengingat saat ini sudah ada beberapa investor asing yang bergerak di bidang kesehatan yang ingin beroperasi di rumah sakit itu.

Rumah sakit itu ditargetkan bisa beroperasi pada 2024 sebagai rumah sakit bertaraf internasional pertama di Bali. Rumah sakit ini dapat mengakomodasi warga Indonesia sehingga tidak perlu lagi berobat ke luar negeri. Bali sudah memiliki rumah sakit bertaraf internasional, dan bisa menjadi wisata kesehatan.

Sejumlah fasilitas kesehatan yang akan tersedia di rumah sakit itu di antaranya adalah layanan kardiovaskular, neurolog, orthopedi, ibu dan anak, onkologi, serta gastrologi.

Sejumlah investor asing dalam di bidang kesehatan sudah menyatakan diri ingin berinvestasi di rumah sakit ini, di antaranya dari Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Rumah sakit internasional di Bali ini pertama kali di Indonesia yang memiliki Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) kesehatan. Rumah sakit tersebut menempati lahan seluas 41,5 hektare milik BUMN, sehingga memudahkan untuk dibangun secara terintegrasi.

Rumah Sakit Internasional, KEK kesehatan di Sanur, Bali ini juga akan dilengkapi dengan taman penyembuhan. Proyek ini telah menyiapkan wilayah yang baik untuk healing seperti yoga, jalan santai, dan sebagainya supaya ini bisa menjadi kesinambungan dalam penyembuhan tidak hanya tadi berdasarkan medis, namun juga berdasarkan spiritual.

Sementara itu, untuk pengembangannya, pemerintah perlu bekerja sama dengan beberapa universitas dan rumah sakit internasional, sehingga nantinya tidak hanya layanan kesehatan saja, tapi juga yang lain, seperti riset untuk peningkatan kualitas layanan, serta memberi kesempatan kerja sama dengan rumah sakit-rumah sakit lainnya

Rumah sakit di Indonesia harus meningkatkan pelayanan kesehatannya agar setara dengan rumah sakit internasional lain, terutama dalam mendukung investasi dan pariwisata.

Langkah pemerintah pusat dan daerah dalam membangun sejumlah infrastruktur yang digagas BUMN beserta jajarannya tersebut, diharapkan akan semakin mengukuhkan Bali sebagai destinasi wisata dunia, tidak hanya wisata budaya dan wisata alam, tapi juga wisata bahari dan wisata kesehatan.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022