Tokyo (ANTARA) - Korea Selatan pada Rabu mengatakan mereka bersama Amerika Serikat (AS) dan Jepang sepakat bahwa dimulainya kembali uji coba nuklir Korea Utara harus ditanggapi dengan respons yang "luar biasa".
Washington dan sekutunya percaya bahwa Korea Utara akan melanjutkan uji coba bom nuklir untuk pertama kali sejak 2017. Namun, para pakar mengatakan mereka memiliki sedikit pilihan bagus untuk mencegah atau menanggapi langkah semacam itu.
Wakil Menteri Luar Negeri pertama Korea Selatan Cho Hyun-Dong membahas masalah tersebut dengan rekan dari Jepang Takeo Mori dan Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman di Tokyo.
"Kami sepakat bahwa skala respons yang luar biasa akan diperlukan jika Korut melanjutkan uji coba nuklir ketujuh," katanya dalam konferensi pers bersama.
AS dan sekutunya memberikan sedikit rincian tentang langkah-langkah baru yang mungkin mereka ambil sebagai tanggapan terhadap dimulainya kembali uji coba nuklir, yang ditegaskan oleh Juru Bicara Departemen Luar Negeri Vedant Patel pada Rabu bahwa sikap Korut akan menjadi "aksi eskalasi serius" yang akan "sangat mengancam stabilitas regional."
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dalam sebuah acara yang diselenggarakan Bloomberg bahwa Washington dan sekutunya berupaya memperkuat pertahanan mereka dan akan bekerja dengan beberapa negara, termasuk PBB, "untuk memberikan tekanan yang tepat terhadap Korut."
Uji coba nuklir terakhir Korut membuat khawatir China dan Rusia sehingga mereka mendukung pengetatan sanksi Dewan Keamanan PBB. Namun, saat ini tidak jelas apakah mereka akan melakukannya lagi, mengingat buruknya hubungan AS dengan Moskow dan Beijing akibat perang yang terjadi di Ukraina dan adanya ketegangan atas Taiwan.
Pada Mei, China dan Rusia memveto langkah yang dipimpin AS untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi PBB terhadap Korut atas peluncuran rudalnya yang berulang kali, secara terbuka memecah Dewan Keamanan PBB untuk pertama kalinya sejak PBB mulai menghukum Pyongyang pada 2006.
Ketika ditanya tentang kemungkinan uji coba nuklir oleh Korut, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengatakan pada Rabu: "Mari kita selesaikan masalah saat mereka tiba. Saya tidak akan berspekulasi sebelum sesuatu terjadi. Namun, tentu saja prospeknya tidak terlalu disambut dengan baik."
Dalam konferensi pers di Tokyo, Sherman mendesak Korut untuk "menahan diri untuk tidak melakukan provokasi lebih lanjut," menyebut mereka "sembrono dan sangat mengganggu stabilitas kawasan".
"Apapun yang terjadi di sini, seperti uji coba nuklir Korut ... berdampak terhadap keamanan seluruh dunia," katanya. "Kami benar-benar berharap bahwa setiap orang di Dewan Keamanan akan memahami bahwa penggunaan senjata nuklir apapun akan mengubah dunia dengan cara yang luar biasa."
Ketika ditanya tentang sejumlah komentar di Tokyo, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin meminta semua negara untuk mengakui "akar penyebab kebuntuan yang sudah berlangsung lama" atas program senjata Korut dan mengambil langkah untuk meningkatkan rasa saling percaya dan mengatasi kekhawatiran semua pihak.
Korut telah melakukan uji coba senjata dengan tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun ini, menembakkan lebih dari dua lusin rudal balistik, termasuk salah satu yang terbang di atas wilayah Jepang
Pada jumpa pers reguler, Patel menolak untuk merinci bagaimana Washington akan menanggapi dimulainya kembali uji coba nuklir Korut, tetapi mengatakan dengan menggunakan inisial nama resmi negara itu: "Kami terus memiliki cara untuk meminta pertanggungjawaban DPRK."
Dia merujuk pada sanksi seputar AS dalam menanggapi peluncuran rudal Korut tahun ini, serta latihan militer gabungan dengan Jepang dan Korsel, yang melibatkan kapal induk AS untuk pertama kalinya sejak 2017.
Mori mengatakan bahwa AS, Korsel dan Jepang berkomitmen untuk "lebih memperkuat kemampuan pencegahan dan respons" serta kerja sama keamanan trilateral.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kuba sampaikan dukungan bagi Korea Utara
Baca juga: Korut harus lucuti nuklir
Baca juga: AS bertemu sekutunya bahas Korea Utara
Penerjemah: Katriana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022