Singapura (ANTARA) - Dolar AS memperpanjang pelemahan pada Kamis pagi, karena meningkatnya ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan mengurangi sikap agresifnya pada kenaikan suku bunga, mendorong euro lebih jauh di atas paritas dan mengangkat mata uang utama lainnya ke tertinggi multi-minggu.

Euro mencapai puncak pada 1,00935 dolar dan sterling pada 1,1645 dolar di awal perdagangan Asia, keduanya tertinggi sejak 13 September.

Sterling sedikit terbantu oleh penundaan pemerintah Inggris dalam pengumuman rencananya untuk memperbaiki keuangan publik negara itu hingga 17 November, atas dasar untuk memastikan bahwa program tersebut mencerminkan prakiraan ekonomi terbaru dan paling akurat.

Terhadap yen Jepang, greenback turun 0,2 persen menjadi 146,11.

"Perasaan kami adalah bahwa secara fundamental, ada faktor yang masih mendukung dolar AS: perbedaan suku bunga, fakta bahwa Fed masih memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," kata Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang senior di National Australia Bank.

"Tapi tentu saja dalam waktu dekat, mengingat berapa banyak diperhitungkan, kami telah melihat sedikit retracement dalam dolar ... Perasaan kami adalah bahwa ini adalah sedikit konsolidasi dari pergerakan baru-baru ini daripada perpanjangan penurunan dolar lebih lanjut."

Melihat ke depan pertemuan FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal) minggu depan, pasar memperkirakan kenaikan 75 basis poin lagi, meskipun sentimen membangun bahwa Fed akan memilih kenaikan yang lebih kecil pada Desember.

Data perumahan yang dirilis minggu ini, yang menunjukkan bahwa harga rumah keluarga tunggal AS merosot pada Agustus dan penjualan rumah keluarga tunggal baru AS turun pada September, menambah kasus bahwa siklus pengetatan agresif Fed sudah bekerja untuk memperlambat ekonomi.

Semalam, bank sentral Kanasa (BoC) mengumumkan kenaikan suku bunga yang lebih kecil dari perkiraan dan mengatakan semakin dekat dengan akhir kampanye pengetatan bersejarahnya.

Dolar Kanada terakhir diperdagangkan pada 1,3549 per dolar AS.

Terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, indeks dolar AS naik 0,06 persen pada 109,63, menyusul penurunan 1,1 persen semalam.

Fokus utama pada Kamis adalah keputusan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB), dengan pasar memperkirakan untuk memberikan kenaikan suku bunga 75 basis poin.

"Apa yang dikatakan ECB akan menjadi penting," kata Catril dari National Australia Bank.

"Pertanyaannya adalah apakah mereka ingin ... menunjukkan komitmen penuh terhadap mandat inflasi, atau apakah mereka menunjukkan pelemahan atau kekhawatiran dalam hal apa yang tampak sebagai prospek pertumbuhan yang menantang."

Sementara itu, Aussie turun 0,12 persen pada 0,6487 dolar AS, memangkas beberapa kenaikannya dari lonjakan 1,6 persen semalam.

Kiwi naik menjadi 0,58505 dolar AS, tertinggi dalam lebih dari sebulan, dan terakhir naik 0,19 persen pada 0,5842 dolar AS.

Data yang dirilis pada Rabu (26/10/2022) menunjukkan bahwa inflasi Australia melesat ke level tertinggi 32 tahun pada kuartal terakhir, hasil mengejutkan yang memicu tekanan untuk kenaikan suku bunga yang lebih agresif oleh bank sentral negara itu.

Westpac pada Kamis mengatakan telah merevisi ekspektasi suku bunga terminal menjadi 3,85 persen pada Maret, dari 3,6 persen sebelumnya, dan memperkirakan bank sentral Australia (RBA) akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada November.

Baca juga: Rupiah berpotensi menguat di tengah isu perlambatan kenaikan bunga Fed
Baca juga: Minyak berlanjut naik di Asia karena permintaan kuat, pelemahan dolar
Baca juga: Dolar dilanda aksi jual dipicu spekulasi Fed menjadi kurang "hawkish"

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022