Target membanjiri Sarawak, Malaysia, dengan produk Indonesia, terus digencarkan.

Pontianak (ANTARA) - ​​​Sebagai beranda negeri, kawasan perbatasan terus menjadi perhatian serius Pemerintah Pusat sebagai implementasi dan komitmen membangun Indonesia dari pinggiran.

Citra kawasan perbatasan sebagai daerah tertinggal dan jauh dari pembangunan, kini, pelan tapi pasti telah berubah menjadi etalase dengan segala pembangunan fisik yang membanggakan maupun aktivitas ekonomi yang kian menggeliat. Pos Lintas Batas Negara (PLBN) terus dihadirkan sebagai fasilitas dan sarana lalu lintas orang maupun barang secara resmi serta representasi kemajuan Indonesia di kawasan perbatasan.

Pada 11 Januari 2021, Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2021 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi pada Kawasan Perbatasan Negara di Aruk, Motaain, dan Skouw ditetapkan. Inpres tersebut menguatkan komitmen pemerintah agar ada percepatan pembangunan yang segera dilaksanakan.

Bagi Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, yang berbatasan darat langsung dengan negara jiran, Sarawak, Malaysia, hadirnya payung hukum program super-prioritas tersebut menjadi angin segar untuk percepatan pembangunan di daerah. Daerah Aruk sendiri merupakan halaman paling depan dan menjadi pintu masuk baik orang maupun barang secara resmi terutama melalui PLBN Aruk.

Inpres tersebut menginstruksikan kepada 10 kementerian dan kepala daerah terkait untuk melaksanakan dan menyelesaikan program percepatan pembangunan ekonomi pada kawasan perbatasan negara di Aruk, Motaain, dan Skouw, paling lambat 2 tahun terhitung sejak Inpres ini dikeluarkan. Segala biaya yang timbul untuk melaksanakan Inpres ini dibebankan pada APBN, APBD, dan sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bentuk implementasi Inpres Nomor 1 Tahun 2021 di Kabupaten Sambas berupa 21 program super-prioritas. Program tersebut ditargetkan selesai 2022 dan saat ini sejumlah program tengah bahkan sudah ada yang selesai direalisasikan. Program tersebut berupa pengembangan sentra pertanian unggulan, industri pengelolaan, revitalisasi pasar, pengembangan PLBN Aruk, pembangunan dan peningkatan jalan, jaringan air, jaringan internet, SPBU, maupun listrik di kawasan perbatasan.

Pelaksana Harian (Plh.) Deputi Bidang Pengelolaan Potensi Kawasan Perbatasan BNPP RI Tumpak Haposan Simanjuntak mengatakan dipilihnya Aruk untuk program super-prioritas dari Inpres tersebut karena Presiden melihat potensi besar di daerah yang bisa digali dan dimaksimalkan. Optimalisasi potensi yang ada bisa dilakukan baik menyasar dalam dan luar negeri untuk kesejahteraan masyarakat perbatasan di Kabupaten Sambas khususnya dan Kalbar pada umumnya.

BNPP terus mengawal proses realisasi program super-prioritas dan ikut memastikan masyarakat baik daerah inti maupun penyangga kawasan perbatasan bisa menangkap peluang ekonomi agar bisa terus berkembang dan maju.

Sebagaimana tujuan hadirnya Inpres tersebut, percepatan pembangunan ekonomi menjadi sasaran. Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bisa mengambil peluang terhadap upaya percepatan pembangunan kawasan perbatasan. Bahkan didorong menjadi pemain perdagangan antarnegara karena secara geografis diuntungkan berbatasan darat langsung dan jarak sangat dekat. Hanya butuh waktu sekitar 2 jam dari pusat Pemerintah Kabupaten Sambas ke titik nol perbatasan. Apalagi secara potensi Kabupaten Sambas merupakan sentra pertanian potensial di Kalbar.

Dedi, inisiator produk lada bubuk bermerek, bersyukur kampung halamannya yakni Desa Sendoyan, Kecamatan Sejangkung, menjadi sasaran program Inpres Nomor 1 Tahun 2021. Program tersebut yakni pabrik pengelolaan lada berbasis ekspor. Pagu pembangunan pabrik lada yang tengah dibangun tersebut hampir senilai Rp6 miliar.

Dalam menyiapkan sumber daya manusia agar bisa memanfaatkan pabrik yang bersumber dari APBN tersebut, Pemerintah Kabupaten Sambas melalui APBD ikut memperkuat Inpres tersebut berupa pelatihan-pelatihan, antara lain, terkait produksi, diversifikasi produk, manajemen dan bisnis lada, pemasaran digital, dan sosialisasi kelembagaan berupa koperasi.

Desa Sendoyan merupakan satu di antara sentra produksi lada di Kabupaten Sambas. Dengan potensi yang ada dan semangat hilirisasi agar ada nilai tambah dari hasil tanaman lada tersebut, hadirlah produk kemasan lada bubuk hitam dan putih dengan merek dagang Lada Batu Layar.

“Kami sangat bersyukur rumah industri produksi lada berbasis ekspor hadir sebagai implementasi Inpres," ucap dia.

Pelaku UMKM Lada Batu Layar berfoto bersama pembeli saat pameran produk unggulan di PLBN Aruk. Saat ini berdasarkan Inpres Nomor 1 Tahun 2021, pengembangan produk lada dimaksimalkan dengan bantuan bangunan rumah industri lada. ANTARA/Diki


UMKM perbatasan

Langkah BNPP yang berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Kalbar dan Kabupaten Sambas terus ditingkatkan terutama bagaimana pelaku UMKM bisa mengambil peluang dari hadirnya PLBN dan program super prioritas tersebut.

Di lapangan, BNPP secara langsung maupun PLBN Aruk dengan aktif melibatkan pelaku UMKM di Kabupaten Sambas untuk jadi pemain dalam perdagangan antarnegara. Target membanjiri Sarawak, Malaysia, dengan produk Indonesia, terus digencarkan. Peluang kerja sama dan kolaborasi dijajaki dengan melibatkan pelaku usaha negara jiran.

Kegiatan Taste of Asia di Everrise di Kuching, Sarawak, Malaysia, yang berlangsung 30 September -- 2 Oktober 2022, merupakan upaya promosi produk UMKM Sambas yang difasilitasi PLBN Aruk, KJRI Kuching, dan Pemkab Sambas. Sebanyak 21 produk UMKM terutama produk olahan dipamerkan dan dijual di sana.

Respons pasar terhadap produk UMKM Sambas menjadi perhatian dan terbukti laris manis. Pelaku usaha Malaysia dari Everrise tersebut sangat terbuka untuk melanjutkan kerja sama dengan pelaku UMKM.

Untuk menindaklanjuti penjajakan kerja sama, BNPP tak henti memastikan pelaku UMKM terus bergerak. Pada 22 -- 23 Oktober 2022, pameran produk unggulan dan temu bisnis antara pelaku UMKM Kabupaten Sambas dan pelaku usaha dari Malaysia digelar. Untuk pameran, sebanyak 30 pelaku UMKM dilibatkan dan dalam kesempatan itu mereka sekaligus bisa bertatap muka langsung dengan pebisnis Malaysia.

UMKM di perbatasan Kabupaten Sambas memiliki peluang besar untuk bisa menjadi eksportir. Hal itu karena jarak dan waktu tempuh yang singkat. Pasar juga terbuka lebar dan kemudahan-kemudahan terus dihadirkan serta kolaborasi para pemangku kepentingan dan pelaku usaha terus ditingkatkan.

Pelaku UMKM Sambas, Wahyudi, yang merupakan produsen Amping Sambas berharap kolaborasi yang ada terus berkelanjutan. Pelaku UMKM diupayakan terus dapat didampingi dalam meningkatkan produksi dan kualitas serta bisa tembus pasar ekspor. Peran BNPP dan pemerintah daerah yang terus melibatkan pelaku UMKM ditujukan agar sektor ini naik kelas dan bisa menjajaki pasar luar negeri seperti ke Sarawak, Malaysia.

Program OVOP

Pemerintah Kabupaten Sambas mendukung penuh peningkatan ekonomi masyarakat perbatasan melalui sektor UMKM agar mampu menembus pasar ekspor. Dukungan tersebut mengacu pada program Bupati dan Wakil Bupati Sambas, Satono - Fahrur Rofi, yakni One Village One Product (OVOP) atau satu desa satu produk. Melalui program OVOP, setiap desa didorong bisa memiliki masing-masing produk unggulan yang bisa dikembangkan dan dikemas menjadi produk bernilai jual.

Bupati Sambas Satono mengatakan peluang perdagangan antarnegara, terutama ekspor bagi UMKM, sangat besar terutama dari sektor pertanian. Hal itu tidak terlepas dari potensi yang dimiliki Kabupaten Sambas dan sekitarnya sebagai sentra pertanian. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 6.395,70 kilometer persegi atau 639.570 hektare serta jumlah penduduk pada tahun 2021 sebanyak 637.811 jiwa, 70 persennya adalah petani.

PLBN Aruk yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada awal 2017 merupakan cikal-bakal kemajuan daerah perbatasan. Hadirnya PLBN Aruk telah menjadi magnet untuk memajukan daerah dari pinggiran.

Program Presiden Joko Widodo pada periode pertama yang mencanangkan pembangunan dari pinggiran dan daerah terluar, sangat tepat. Mimpi masyarakat menjadi nyata. Dengan fasilitas megah, PLBN Aruk selain memfasilitasi masyarakat untuk berpergian ke dalam dan dalam negeri dan telah mampu menggerakkan ekonomi.

Sambas merupakan sentra pertanian pangan dan hortikultura. Juga memiliki destinasi wisata kelas dunia yakni di Temajuk dengan panjang pantai lebih dari 60 kilometer dan bersih.

Itu semua bisa menjadi sumber kemajuan daerah. UMKM harus mengambil peluang dari potensi besar tersebut.

Pelaku UMKM Sambas kini mulai memasuki arena bisnis besar dan segera memberikan kue kesejahteraan lebih besar pula kepada masyarakat Sambas.



Editor: Achmad Zaenal M

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022