Kami memantau pasar 24 jam 7 hari sambil mengambil tanggapan yang tepat. Kami akan terus melakukannya mulai sekarang juga,
Tokyo (ANTARA) - Pembuat kebijakan Jepang pada Senin melanjutkan upaya untuk menjinakkan penurunan tajam yen, termasuk melalui dugaan intervensi dua hari pasar berturut-turut, tetapi pada akhirnya gagal menopang mata uangnya terhadap penguatan dolar yang persisten.
Aksi jual yen merugikan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu karena mendorong tagihan impor yang sudah melonjak dan menantang komitmen bank sentral Jepang (BoJ) untuk suku bunga ultra-rendah dalam menghadapi pengetatan moneter global yang cepat untuk memerangi inflasi yang merajalela.
Mata uang Jepang melonjak 4 yen menjadi 145,28 per dolar di awal perdagangan Asia pada Senin, menunjukkan pihak berwenang telah melakukan intervensi untuk hari kedua berturut-turut setelah langkah serupa oleh Tokyo pada Jumat (21/10/2022).
"Kami tidak akan berkomentar," Masato Kanda, wakil menteri keuangan untuk urusan internasional, mengatakan kepada wartawan di Kementerian Keuangan (MOF), ketika ditanya apakah mereka melakukan intervensi lagi pada Senin.
Baca juga: Dolar tetap kuat di Asia, meski Jepang diduga lakukan intervensi lagi
"Kami memantau pasar 24 jam 7 hari sambil mengambil tanggapan yang tepat. Kami akan terus melakukannya mulai sekarang juga," kata Kanda, yang mengawasi kebijakan nilai tukar Jepang.
Namun, yen gagal mempertahankan kenaikan awal dan sempat mencapai level terendah 149,70 per dolar, karena pasar terus fokus pada perbedaan yang melebar antara kebijakan moneter ultra-longgar BoJ dan rencana kenaikan suku bunga stabil oleh Federal Reserve AS. Terakhir berdiri sekitar 148,80.
"Dalam krisis masa lalu yang melibatkan pound Inggris dan lira Italia, pihak berwenang akhirnya gagal mempertahankan mata uang mereka. Demikian juga, intervensi siluman Jepang hanya memiliki efek terbatas," kata Daisaku Ueno, kepala strategi valas di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.
"Kekuatan dolar adalah faktor terbesar di balik pelemahan yen. Jika Amerika Serikat menunjukkan tanda-tanda kenaikan suku bunga memuncak dan bahkan memangkas suku bunga, yen akan berhenti melemah bahkan tanpa intervensi."
Penderitaan yen menempatkan BoJ di bawah sorotan ketika akan bertemu untuk pertemuan suku bunga dua hari yang berakhir pada Jumat (28/10/2022), ketika secara luas diperkirakan akan mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgar.
Baca juga: Yen melonjak dipicu dugaan intervensi BoJ dan berupaya tahan kenaikan
Dengan inflasi yang relatif rendah dan ekonomi yang tidak dapat bergerak lebih cepat, bank sentral waspada terhadap kenaikan suku bunga dan berisiko memicu resesi.
"Sangat tidak diinginkan" bahwa upah riil Jepang, yang disesuaikan dengan inflasi terus turun, Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda mengatakan kepada parlemen pada Senin.
"Diinginkan agar inflasi secara stabil mencapai target 2,0 persen kami disertai dengan kenaikan upah," kata Kuroda, menekankan perlunya untuk terus mendukung ekonomi dengan suku bunga yang sangat rendah.
Baca juga: Menkeu Jepang tolak katakan pemerintah lakukan intervensi topang yen
The Fed, yang bertemu minggu berikutnya, secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi karena berfokus pada memerangi inflasi yang panas.
Perbedaan suku bunga AS-Jepang yang melebar kemungkinan akan terus menekan yen, yang telah jatuh lebih dari 20 persen terhadap dolar tahun ini.
Pihak berwenang Jepang mengkonfirmasi bahwa mereka melangkah ke pasar ketika melakukan intervensi pada 22 September, menghabiskan 2,8 triliun yen (18,80 miliar dolar AS) guna menopang yen untuk pertama kalinya sejak 1998.
Sejak itu, pihak berwenang tetap diam tentang apakah mereka melakukan upaya lebih lanjut untuk mendukung mata uang termasuk pada Jumat (21/10/2022), ketika Tokyo kemungkinan melakukan intervensi siluman.
Baca juga: Dolar anjlok terhadap yen, diduga BoJ intervensi jelang akhir pekan
Pada 1,33 triliun dolar AS, cadangan devisa Jepang memberikan kekuatan yang cukup untuk melakukan intervensi berkali-kali, tetapi para pedagang meragukan bahwa Tokyo akan mampu membalikkan tren penurunan yen dengan sendirinya.
Menteri Keuangan Shunichi Suzuki mengulangi bahwa pergerakan mata uang yang berlebihan tidak diinginkan.
"Kami sama sekali tidak dapat mentolerir pergerakan berlebihan di pasar valuta asing berdasarkan spekulasi," katanya kepada wartawan di kementerian keuangan. "Kami akan merespon dengan tepat terhadap volatilitas yang berlebihan," katanya, pandangan yang digaungkan oleh Perdana Menteri Fumio Kishida di parlemen pada Senin.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022