Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Timor Leste Jose Ramos Horta di Departemen Luar Negeri (Deplu) RI di Jakarta, Selasa, membantah isu aksi eksodus dari negerinya ke teritori Indonesia. "Isu eksodus itu semata dihembuskan oleh beberapa media Indonesia. Tidak ada satu pun warga negara Timor Leste yang kabur ke Timur Barat, bahkan sebaliknya pada pekan kemarin ratusan orang Indonesia yang berkunjung ke Timor Leste untuk merayakan Hari Paskah," kata Horta yang ditemui usai berdialog dengan Menteri Luar Negeri Nur Hasan Wirajuda. Isu eksodus ini menyeruak pada bulan lalu setelah situasi keamanan di Ibukota Dili memanas menyusul pemecatan terhadap 600 anggota Angkatan Bersenjata Timor Leste (FDTL) oleh Panglima FDTl Brigjen Taur Matan Ruak. Horta juga membantah adanya kerusuhan di negerinya. "Tidak ada kerusuhan. Sebagian besar dari 600 anggota FDTL itu memang telah lelah menjadi tentara dan tidak ingin terus bekerja untuk FDTL. Mereka ingin pulang ke desa," katanya. Di Dili, masih kata Horta, terdapat sekitar 200 tentara yang menanti proses resmi pemecatan dan pemerintah telah setuju untuk tetap membayar gaji tentara itu hingga proses tersebut rampung. Dalam kesempatan terpisah, Juru Bicara Deplu Yuri Thamrin mengatakan, kunjungan Menlu Ramos Horta ke Deplu merupakan bagian dari konsultasi reguler antara kedua menteri luar negeri. "Horta menjelaskan situasi terakhir di Timor Leste yang solid, damai, dan stabilitas terjamin, berbeda dengan apa yang ditampilkan di media - bahwa ada in-stabilitas akibat kasus desersi FDTL," kata dia. Mengenai kasus itu, Yuri menjelaskan telah diselesaikan dengan baik, sebagian mantan tentara itu disalurkan jadi polisi, sebagian lain menjadi tenaga pengaman di perusahaan-perusahaan asing seperti di Korea Selatan dan Makau. "Tadi Menlu Horta mengatakan proses penyelesaian sesuai dengan prosedur, bahwa ada pemecatan resmi dan gaji tetap dibayar sebelum pemecatan resmi selesai dilakukan," kata Yuri menambahkan. Dalam pertemuan konsultasi itu, lanjut Yuri, kedua menteri sepakat untuk menyelesaikan masalah perbatasan sesegera mungkin. "Mereka juga sepakat untuk menindak-lanjuti pertemuan di Istana Tampak Siring, yakni pertemuan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyno dan Presiden Xanana Gusmao pada bulan Februari lalu," katanya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006