Sydney (ANTARA News) - Perdana Menteri Australia John Howard pada Selasa mengatakan pemerintahnya tidak akan meminta maaf pada Indonesia atas pemberian suaka terhadap sejumlah warga Papua, suatu langkah yang menyebabkan mendinginnya hubungan kedua negara.
Howard juga membantah bahwa kebijakan baru yang ketat bagi para pencari suaka yang tiba di Australia dengan perahu dimaksudkan untuk menenangkan Jakarta, tetapi ia mengisyaratkan niatnya untuk melakukan pendekatan pribadi guna memperbaiki hubungan.
PM Howard mengatakan akan melakukan pembicaraan langsung dengan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono setelah Kepala Departemen Urusan Luar Negeri Michael L`Estrange bertemu dengan Menlu Indonesia Hassan Wirayudha pada Jumat untuk memperbaiki hubungan.
Presiden Yudhoyono pada Senin dilaporkan mengingatkan Australia: "Jangan Indonesia dilecehkan, jangan dipermainkan dan jangan tidak mendapat keadilan."
Namun, PM Howard dalam wawancara radio mengisyaratkan bahwa untuk usaha memperbaiki hubungan dengan negara tetangga yang besar itu Australia tidak akan meminta maaf karena telah memberikan visa perlindungan sementara bagi warga Papua.
Ketika ditanya apakah Australia akan meminta maaf, Howard menjawab: "Tidak".
"Saya sadar masalah Papua ini peka di Indonesia, hanya saya berharap rakyat Indonesia memahami bahwa di Australia ada proses tertentu yang harus diikuti."
Menurut Howard, keputusan bulan lalu untuk memberikan visa perlindungan bagi 42 warga Papua yang tiba di negeri itu dengan perahu pada Januari, dilakukan secara independen oleh departemen Imigrasi.
Namun kemarahan Jakarta yang menarik duta besarnya dari Canberra, dilakukan dengan kecemasan bahwa keputusan itu merupakan pertanda Australia akan mendukung kemerdekaan Papua.
Kelompok kecil separatis muncul di provinsi Papua sejak tahun 1960-an.
Howard yang bersungguh-sungguh ingin memperbaiki hubungan dengan Jakarta setelah hubungan kedua negara terganggu sejak provinsi Timor Timur lepas merdeka, menegaskan sikapnya yang mendukung kedaulatan dan kesatuan Indonesia.
"Masalah ini cukup berat. Tetapi bukan tidak dapat diatasi dan bukan tidak dapat dipecahkan. Saya yakin kita dapat menemukan cara meskipun perlu waktu," katanya dalam wawancara dengan radio swasta itu seperti dikutip AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006