New Delhi (ANTARA) - India bisa memetik pelajaran dari kisah sukses China dalam mengentaskan kemiskinan tatkala negara Asia Selatan itu berupaya melakukan hal serupa, surat kabar Indian Express menuliskan dalam sebuah laporan terbaru bertajuk "Bagaimana China mengalahkan kemiskinan ekstrem; dan pelajaran apa yang dapat dipetik India".
Pada 2021, China mendeklarasikan bahwa negeri Tira Bambu itu berhasil memberantas kemiskinan ekstrem berdasarkan ambang batas kemiskinan nasionalnya, membebaskan sekitar 770 juta warga dari kemiskinan sejak 1978 dan membangun masyarakat yang makmur secara moderat dalam segala aspek, papar artikel itu mengutip salah satu laporan Bank Dunia.
Itu berarti China setiap tahunnya membebaskan rata-rata 19 juta warga miskin dari kemiskinan ekstrem dalam 40 tahun terakhir, sebut artikel yang dpublikasikan pada tanggal 10 Oktober itu.
"Keberhasilan China dalam mengurangi kemiskinan bergantung pada dua pilar," urai laporan itu.
Pilar pertama adalah pesatnya pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh transformasi ekonomi secara luas.
Sementara pilar kedua adalah rangkaian kebijakan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, yang pada awalnya menyasar daerah-daerah kurang beruntung akibat faktor geografi dan minimnya peluang ekonomi, tetapi kemudian berfokus pada rumah tangga miskin terlepas dari lokasinya.
Keberhasilan China mendapat keuntungan dari tata kelola efektif "yang menjadi kunci bagi kesuksesan penerapan strategi pertumbuhan serta serangkaian kebijakan pengentasan kemiskinan tertarget yang terus berkembang," sebut laporan itu.
Mengutip data dari laporan terbaru Bank Dunia tentang kemiskinan global, artikel itu menyebutkan bahwa India memiliki warga miskin dengan jumlah terbanyak di dunia.
Laporan Bank Dunia itu menemukan bahwa jumlah warga India yang hidup dalam kemiskinan ekstrem, dan bertahan hidup dengan pendapatan kurang dari 46 rupee India per hari, bertambah 56 juta pada 2020.
Sementara itu, hampir 600 juta warga India bertahan hidup dengan pendapatan kurang dari 84 rupee India per hari, papar laporan itu.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2022