Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di upacara memperingati Hari Santri Nasional 2022 di halaman Balai Kota Surabaya, Jatim, Sabtu, mengingatkan kembali bahwa Kota Pahlawan tidak bisa dilepaskan dari santri karena resolusi jihadnya
"Saat itu, Presiden Soekarno mendatangi Mbah Kiai Hasyim Asy’ari untuk menanyakan bagaimana hukumnya mempertahankan Kemerdekaan," kata Cak Eri panggilan lekatnya saat memberikan sambutan.
Menanggapi hal itu, K.H. Hasyim Asy’ari akhirnya mengeluarkan fatwa berupa Resolusi Jihad yang kemudian diputuskan dalam rapat para konsul Nahdlatul Ulama (NU) se-Jawa Madura.
Resolusi jihad itulah yang kemudian membakar semangat masyarakat Indonesia terutama warga Surabaya dan sekitarnya untuk bertempur melawan penjajah, sehingga terjadilah pertempuran yang sangat luar biasa dan tidak pernah terjadi di daerah lainnya, yaitu pertemuan 10 November 1945.
Baca juga: DKI salurkan rak hidroponik ke pesantren dalam rangka hari santri
Baca juga: Gus Yahya ingin santri miliki semangat para ulama
Saat itu, para santri mengangkat senjata, mengangkat bambu runcing untuk mempertahankan Kemerdekaan RI, khususnya di Kota Surabaya. "Dari situlah Surabaya akhirnya menjadi Kota Pahlawan," ujar Cak Eri .
Menurut dia, jika dahulu santri mengangkat bambu runcing untuk memerdekakan Indonesia dari penjajah, maka saat ini dia berharap santri menjadi garda terdepan untuk memerdekakan Surabaya dari kemiskinan, pengangguran, kebodohan dan juga putus sekolah.
"Oleh karena itu, saya ingin kumpulkan para santri ini menjadi kekuatan besar yang bernama Majelis Santri Surabaya," kata dia.
Dia yakin apabila ulama dan umara bersatu, dan umara tawadu kepada para ulama dan kiai, maka cita-cita mulia itu akan bisa tercapai. Hal itu sudah dicontohkan oleh Bung Karno yang meminta restu kepada para ulama ketika mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
"Kalau santri sudah berada di garda terdepan, ketika pemimpin di Surabaya tawadu kepada para ulama, maka saya yakin Surabaya ini bisa menjadi kota yang baldatun toyyibatun warobbun ghafur," ujar dia.
Tentunya, makna santri itu sangat luas dan bukan hanya yang ada di pondok. "Jadi, saya minta tolong santri yang ada di depan untuk memerdekakan Surabaya dari kemiskinan, pengangguran, kebodohan, dan putus sekolah," kata Cak Eri.
Hari Santri di Kota Surabaya diperingati dengan sangat meriah. Serangkaian Hari Santri itu dimulai dengan lomba Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ), lalu dilanjutkan dengan malam tasyakuran Hari Santri yang digelar di kantor PCNU Surabaya Jumat (21/10) malam, dan dilanjutkan dengan upacara Hari Santri Nasional 2022 di halaman Balai Kota Surabaya, Sabtu ini.
Ratusan santri itu berdatangan ke Balai Kota Surabaya. Mereka menggunakan sarung dan peci hitam. Sedangkan santriwati menggunakan busana Muslimah. Upacara itu dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran, pembacaan UUD 45, dan ikrar santri. Bahkan, saat itu juga dibacakan sejarah Hari Santri yang berkaitan pula dengan resolusi jihad.
Upacara itu, dimeriahkan pula oleh penampilan musik angklung oleh SD Muhammadiyah 6 Surabaya, penampilan pencak silat dari Asad LDII PPM Subulussalam, dan dimeriahkan pula oleh Albanjari Syekhermania Rangkah Surabaya.
Saat itu, juga diserahkan piala dan piagam penghargaan bagi para juara MTQ dari berbagai kategori yang jumlahnya sebanyak 158 orang. Bahkan, diserahkan piala bergilir juara umum MTQ Surabaya yang diraih oleh Kecamatan Rungkut.*
Baca juga: Mencegah radikalisme melalui pesantren
Baca juga: Ribuan santri di Kota Batam ikuti upacara Hari Santri Nasional 2022
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022