Makassar (ANTARA) - Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan fokus menjalankan program revitalisasi bahasa daerah sebagai upaya untuk mempertahankan dan menjaga kelestarian bahasa daerah di provinsi itu.
Revitalisasi bahasa daerah merupakan program prioritas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) melakukan revitalisasi bahasa daerah.
Baca juga: Duta Bahasa Maluku bagikan praktik baik revitalisasi bahasa daerah
"Sehingga, wajib menerapkan kurikulum Merdeka Belajar Episode ke-17, yakni revitalisasi bahasa daerah. Ini satu hal yang kita lakukan agar bahasa daerah di Sulsel tidak punah," kata Kepala Balai Bahasa Sulsel Yani Prayono di Makassar, Jumat.
Ia menjelaskan revitalisasi bahasa daerah di Sulawesi Selatan menggunakan Model B. Artinya, melakukan revitalisasi terhadap tiga bahasa mayoritas seperti Bugis, Makassar dan Toraja.
Model ini berbeda dengan konsep revitalisasi Model A seperti yang diterapkan di Jawa Barat dan Jawa Timur, karena satu provinsi dikuasai satu bahasa walaupun ada beragam dialek.
"Di Jawa Barat itu bahasa Sunda dan Jawa Timur itu pakai bahasa Jawa. Sebaliknya, di Sulsel menggunakan tiga bahasa mayoritas yang hidup berdampingan, saling bersaing dan mendominasi," ujarnya.
Baca juga: 17 provinsi jadi target revitalisasi bahasa daerah pada 2023
Baca juga: Revitalisasi bahasa daerah cegah kepunahan bahasa
Untuk penerapan revitalisasi bahasa Model B tahun 2021, salah satu tujuannya untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pelaksanaan kegiatan tahun 2021. Selanjutnya, dijadikan acuan untuk bahan perbaikan dalam pelaksanaan tahun 2022.
"Mari kita lestarikan bahasa daerah dengan cara mengembangkannya agar tetap adaptif terhadap perubahan zaman dan terus menjadi ciri dari ke-Indonesiaan kita,” kata Yani Prayogo.
Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022