"Terutama di tengah tingginya inflasi global serta agresif-nya pengetatan kebijakan moneter negara maju," ucap Perry dalam Peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan No.39 September 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat.
Ia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2022 mencapai 5,44 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) berhasil mendukung stabilitas sistem keuangan.
Selain itu, kinerja intermediasi menguat dengan pertumbuhan penyaluran kredit pada akhir semester I-2022 mencapai 10,66 persen (yoy).
Pulihnya intermediasi merupakan hasil dari respons kebijakan akomodatif Indonesia bersinergi erat dengan pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Baca juga: BI proyeksi transaksi digital banking capai Rp53.144 triliun pada 2022
Di sisi dunia usaha, Perry menuturkan pemulihan kinerja korporasi dan rumah tangga menunjukkan peningkatan permintaan pembiayaan, sedangkan dari sisi perbankan standar penyaluran kredit terlihat semakin longgar.
"Ketahanan sektor keuangan juga terjaga ditopang permodalan yang kuat dan likuiditas yang relatif longgar," ungkapnya.
Ia menjelaskan tingkat permodalan perbankan tercatat tinggi dengan Rasio Pemenuhan Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 24,66 persen sehingga perbankan memiliki ketahanan dan bantalan yang kuat untuk menyerap potensi penurunan kualitas kredit.
Likuiditas perbankan pun sangat longgar, yang tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang sebesar 29,99 persen, sebagai komitmen BI untuk terus menempuh kebijakan likuiditas longgar.
Sementara itu, inklusi keuangan terus meningkat didorong akselerasi digitalisasi.
Baca juga: BI: Rupiah terdepresiasi karena dolar menguat tajam & kondisi global
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022