target rampung akhir Oktober iniMataram (ANTARA) - Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyebutkan, proyek pembangunan dua lokasi titik kumpul bencana yang dibiayai pemerintah pusat di Lingkungan Pengempel Kecamatan Sandubaya dan Kamasan Kecamatan Selaparang sudah mencapai 90 persen.
"Saat ini tinggal pembuatan instalasi pengelolaan air limbah (Ipal) komunal, dan pengecatan saja dengan target rampung akhir Oktober ini," kata Kepala Bidang (Kabid) Pengawasan Permukiman Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Mataram Lalu Muhammad Iqbal di Mataram, Kamis.
Data Disperkim sebelumnya menyebutkan, anggaran untuk pembangunan titik kumpul di Pengempel itu sekitar Rp6 miliar sedangkan di Kamasan Rp7 miliar.
Menurut Iqbal, titik kumpul yang dibangun di Lingkungan Pengempel dan Kamasan itu bentuknya seperti aula dibangun dengan konstruksi tahan gempa, dilengkapi dengan fasilitas air bersih dan toilet serta pembuatan jalur evakuasi.
Baca juga: Titik kumpul di kawasan tanggap bencana Mataram terancam batal
Baca juga: Gempa guncang Sumbawa, Bima, Mataram dipicu aktivitas subduksi
Titik kumpul bencana itu dibangun di Lingkungan Pengempel dan Kamasan karena lingkungan itu dan sekitarnya yakni Lingkungan Gontoran,Tegal, Kamasan dan Monjok merupakan kawasan rawan bencana gempa bumi .
Bahkan, ketika terjadi gempa bumi tahun 2018, kawasan itu menjadi kawasan yang mengalami rusak berat dan hampir masif. Karenanya, dengan adanya titik kumpul itu dihadapkan bisa mengurangi risiko saat terjadi bencana alam.
"Titik kumpul ini murni dikerjakan oleh pemerintah pusat melalui kementerian, baik itu anggaran maupun tendernya. Jadi kita hanya menyiapkan lahan dan koordinasi," katanya.
Setelah proyek tersebut rampung, lanjut Iqbal, akan ada penyerahan dari pemerintah pusat ke Pemerintah Kota Mataram. Kemudian dalam pengelolaannya akan dibentuk kelompok pengguna pengelola (KPP) dari wilayah itu untuk berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan.
Misalnya, kalau tidak ada bencana, titik kumpul bisa menjadi tempat pendidikan usia dini (PAUD) sementara atau sebagai tempat untuk acara resepsi pernikahan atau kegiatan lainnya.
"KPP inilah yang akan mengelola atau mengkoordinir memanfaatkan titik kumpul berupa aula serbaguna itu," katanya.
Baca juga: Pemkot: Pembangunan rumah tahan gempa Mataram capai 99 persen
Titik kumpul bencana itu dibangun di Lingkungan Pengempel dan Kamasan karena lingkungan itu dan sekitarnya yakni Lingkungan Gontoran,Tegal, Kamasan dan Monjok merupakan kawasan rawan bencana gempa bumi .
Bahkan, ketika terjadi gempa bumi tahun 2018, kawasan itu menjadi kawasan yang mengalami rusak berat dan hampir masif. Karenanya, dengan adanya titik kumpul itu dihadapkan bisa mengurangi risiko saat terjadi bencana alam.
"Titik kumpul ini murni dikerjakan oleh pemerintah pusat melalui kementerian, baik itu anggaran maupun tendernya. Jadi kita hanya menyiapkan lahan dan koordinasi," katanya.
Setelah proyek tersebut rampung, lanjut Iqbal, akan ada penyerahan dari pemerintah pusat ke Pemerintah Kota Mataram. Kemudian dalam pengelolaannya akan dibentuk kelompok pengguna pengelola (KPP) dari wilayah itu untuk berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan.
Misalnya, kalau tidak ada bencana, titik kumpul bisa menjadi tempat pendidikan usia dini (PAUD) sementara atau sebagai tempat untuk acara resepsi pernikahan atau kegiatan lainnya.
"KPP inilah yang akan mengelola atau mengkoordinir memanfaatkan titik kumpul berupa aula serbaguna itu," katanya.
Baca juga: Pemkot: Pembangunan rumah tahan gempa Mataram capai 99 persen
Baca juga: BPBD Mataram imbau warga tidak panik potensi tsunami akibat gempa NTT
Baca juga: Wapres tinjau rumah tahan gempa untuk korban bencana di Mataram
Pewarta: Nirkomala
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022