Jakarta (ANTARA News) - Tiga kandidat Ketua Umum DPP Partai Bintang Reformasi (PBR) bertemu Wakil Ketua MPR Aksa Mahmud di kediaman dinas Jl Denpasar Raya Jakarta Selatan pada Senin untuk menyatukan sikap berkaitan dengan rivalitas di Muktamar PBR di Bali 22-24 April 2006.
Hadir pada pertemuan ini, kandidat Ketua Umum PBR, yaitu Bursah Zarnubi, Djafar Badjeber dan Ismail Royan. Mereka menemui Aksa Mahmud karena Wakil Ketua MPR ini adalah mediator konflik internal PBR yang sudah diselesaikan dengan islah.
Dua kandidat lainnya tidak hadir dalam pertemuan ini, Zainal Maarif yang sedang berada di Solo dan Ade Daud Nasution yang sedang ke kantor KPK.
Dalam pertemuan ini, para kandidat sepakat untuk menerima apapun hasil Muktamar PBR di Bali. Mereka menyatakan siap kalah dan siap menang.
Mereka bersepakat menandatangani gentlemen agreement [nota kesepakatan] yang berisi 6 point kesepakatan. Adapun isi kesepakatan itu antara lain, bersepakat melaksanaan Muktamar Islah PBR pada 22-24 April 2006 di Bali.
Bersedia menjaga keutuhan PBR serta bersama-sama membesarkan partai, sepakat siap kalah dan menang dalam muktmar, siapapun yang terpilih dalam muktamar 2006-2011 akan mendukung sepenuhnya, kandidat yang menang akan merangkul calon lainnya menjadi pengurus DPP PBR 2006-2011 dan bila kesepakatan ini dilanggar, siap diberi sanksi moral, administrasi sesuai mekanisme internal partai.
Pada kesempatan ini juga terungkap mengenai kesulitan dana bagi penyelenggaraan Muktamar PBR di Bali. Dana yang sudah terkumpul Rp1,4 miliar dan kekurangannya akan dibantu dari kocek Aksa Mahmud.
Kandidat Ketua Umum PBR Bursah Zarnubi, menyatakan pihaknya tetap menginginkan adanya aturan main di muktamar, yaitu "one delegation one vote". Alasannya mekanisme ini cenderung sederhana dan praktis serta tidak memakan waktu lama.
Namun, kata mantan aktifis HMI ini, kalau memang muktamirin sepakat menginginkan "one man one vote", dirinya tetap siap dan mengikuti aturan.
Dia mengkritik "one man one vote" karena mekanisme itu lebih memancing ke arah pemecah-belah partai, bertele-tele dan memakan waktu lama.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006