Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis ortopedi dan traumatologi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo-FKUI dr. Yogi Prabowo, Sp.OT(K), SpEm mengatakan osteoporosis meski sering ditemukan pada orang yang berusia lanjut, penyakit tersebut juga ternyata bisa dialami usia muda bahkan anak-anak.
"Selain orang tua, bahkan anak-anak itu bisa mengalami osteoporosis," kata Yogi dalam bincang-bincang kesehatan yang digelar virtual diikuti di Jakarta pada Kamis.
Menurut dia, osteoporosis dapat terjadi pada usia muda bahkan anak-anak jika disertai dengan penyakit-penyakit tertentu atau mengonsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka panjang.
Penyakit-penyakit itu, kata dia, di antaranya kanker dan osteomalasia atau kekurangan vitamin D yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Sedangkan obat-obatan yang memicu osteoporosis dalam jangka panjang di antaranya steroid dan obat kanker.
"Oleh karena itu, pada anak-anak yang seperti itu kita harus terapi, bagaimana supaya tulangnya ini kualitasnya menjadi lebih baik dan kita harus cegah supaya tidak menjadi patah," ujar Yogi.
Ia pun menyarankan bahwa jika seseorang mengalami kondisi-kondisi seperti kanker, kekurangan vitamin D, dan mengonsumsi obat-obatan jangka panjang yang efek sampingnya membuat tulang rapuh, maka penting untuk melakukan pemeriksaan kepadatan tulang sesegera mungkin meski dia belum berusia 55 tahun.
"Kalau kita sudah tahu kita masuk kelompok berisiko, maka kita harus lakukan pemeriksaan lanjutan," katanya.
Ia menjelaskan, pemeriksaan lanjutan yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan Bone Mineral Densitometry (BMD) atau tes kepadatan tulang yang menggunakan teknik Dual Energy X-ray Absorptiometry (DXA). Adapun tulang yang biasanya diperiksa, kata dia, adalah tulang bonggol paha dan tulang punggung.
Ia melanjutkan, pemeriksaan dapat dilakukan di laboratorium, rumah sakit, maupun klinik yang mempunyai fasilitas BMD.
"Kalau sudah tegas diagnosisnya osteoporosis, maka harus diobati. Tapi kalau masih osteopenia (kepadatan tulang rendah tapi belum bisa diklasifikasikan sebagai osteoporosis), kita mesti cegah jangan sampai jadi osteoporosis dengan memperbaiki pola makan, pola hidup, pola aktivitas, dan lain-lain. Jadi mesti nanya ke dokter bagaimana baiknya," ujar Yogi.
"Orang-orang dengan risiko osteoporosis itu juga di rumahnya harus betul-betul dijaga, jangan sampai jatuh, jangan sampai patah tulangnya. Sebab, kalau sampai patah, nanti bisa lebih complicated pengobatannya," katanya.
Baca juga: "Menabung tulang" sejak dini cegah osteoporosis
Baca juga: Perosi: Osteoporosis lebih banyak terjadi dibanding penyakit lainnya
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022