Jakarta (ANTARA) - Koordinator Staf Khusus Presiden Joko Widodo AAGN Ari Dwipayana menyebut seorang pemimpin dapat teruji saat menghadapi krisis.
"Dalam Kepemimpinan nasional Indonesia saat ini, bagaimana seharusnya pemimpin menghadapi ujian itu sudah dicontohkan oleh Presiden Jokowi. Presiden Jokowi terbukti mampu mengambil tindakan yang tepat dalam menghadapi pandemi COVID-19, di mana hampir seluruh negara di dunia menghadapi krisis yang bukan saja soal kesehatan, melainkan juga ekonomi," kata Ari Dwipayana dalam keterangan yang diterima ANTARA di Jakarta.
Hal tersebut disampaikan Ari dalam seminar bertajuk "Mencermati Nilai Kepemimpinan di Tahun Politik" yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik (STISPOL) Wira Bhakti di Bali pada Rabu.
Lebih lanjut Ari Dwipayana menilai, regenerasi kepemimpinan yang ideal bukan semata-mata berdasarkan garis trah atau biologis, melainkan ideologis.
Anak biologis dari seorang pemimpin dapat meneruskan tonggak kepemimpinan jika memiliki karakter ideologis dan diuji dengan standar yang sama. Seorang pemimpin juga perlu menjunjung konsep keberlanjutan dan juga perubahan.
"Pemimpin bisa dikatakan gagal jika tidak mampu melahirkan pemimpin yang sama baiknya atau lebih baik. Dengan demikian, regenerasi kepemimpinan menjadi penting, bukan semata berdasarkan trah atau biologis, melainkan ideologis. Regenerasi biologis dimungkinkan, ketika sang pewaris memiliki karakter ideologis dan telah diuji dengan standar yang sama," tambah Ari.
Menurut Ari, terdapat pola pikir yang perlu diluruskan ihwal kepemimpinan karena masyarakat sering lebih memberikan fokus perhatian kepada pemimpin dan pesonanya, bukan pada proses kepemimpinan dan hasilnya. Padahal, proses dan hasil dari kepemimpinan lah yang sebenarnya jauh lebih penting.
Lebih lanjut, Ari menjelaskan konsep kepemimpinan berdasarkan kearifan lokal masyarakat Bali.
Baca juga: Ari Dwipayana berharap Sayan Rumaket jadi inspirasi jaga seni budaya
Baca juga: Yayasan Puri Kauhan Ubud gelar Pentas Tari Nyapuh Tirah Campuhan
Ari menyebutkan terdapat 4 konsep utama kepemimpinan Bali, yaitu (1) Patut, pemimpin harus berorientasi pada kebenaran (values) dan kesucian, tidak hanya nafsu kekuasaan, (2) Prasaja, pemimpin harus mampu mewujudkan dalam tindakan yang konsisten atau kepemimpinan transformasional, (3) Pantes, pemimpin harus memiliki etika (kepatutan) dan menyadari penuh keterbatasan serta bersedia memperbaiki kelemahan dan (4) Pangus, pemimpin harus hormat pada keragaman dan mendorong kolaborasi.
Ari juga menegaskan bahwa seorang pemimpin bukan semata dilahirkan, melainkan dibentuk.
"Pembentukan seorang pemimpin dimulai dari proses edukasi dan latihan sejak dini atau yang disebut 'character building', dimana nilai-nilai tanggung jawab, jujur, percaya diri, berani, empati-simpati ditanamkan sejak ia berada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat," tutur Ari.
Setiap orang juga berpotensi menjadi pemimpin, sehingga ruang-ruang latihan perlu diberikan. Untuk mengukur keberhasilan seorang pemimpin dapat melihat organisasi dan anggotanya apakah organisasi dan tata kelola nya makin baik atau tidak.
Ihwal perubahan dan keberlanjutan dalam regenerasi kepemimpinan, Ari menjelaskan, perubahan diidentikkan dengan anak muda, sehingga anak muda perlu mengambil bagian dalam proses kepemimpinan nasional.
Mengutip hasil survei CSIS pada 2022, Ari menyatakan hanya ada 1,1 persen anak muda yang saat ini bergabung dengan partai politik dan 21,6 persen anak muda yang tergabung dalam organisasi kepemudaan.
Menurut survei yang sama, anak muda menilai terdapat lima karakter utama yang harus dimiliki pemimpin mendatang (2024), yaitu jujur atau tidak korupsi (34,8 persen), merakyat dan sederhana (15,9 persen), tegas atau berwibawa (12,4 persen), berprestasi atau berkinerja saat memimpin (11,6 persen) dan memiliki pengalaman memimpin (10,1 persen).
Turut hadir dalam acara tersebut, Ketua LVRI Bali, I Gusti Bagus Saputra, Ketua YKP I Gusti Ngurah Yudhana, Ketua STISPOL Wira Bhakti Prof. Dr. Wayan Windia dan juga Ketua KPU Kota Denpasar I Wayan Arsa Jaya.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022