Jakarta (ANTARA News) - Indonesia menjadi wilayah paling rawan terhadap gempa tektonik dan juga letusan gunung berapi, bahkan tercatat sebagai negara yang paling banyak memiliki gunung berapi, kata seorang peneliti kebumian (geolog)."Ini karena Indonesia terbentuk dari pertemuan tiga jalur lempeng dunia, yakni Sirkum Mediteranean, Sirkum Pasifik dan sistem Samudra Hindia, di mana jalur tektonik selalu bersejajar dengan jalur vulkanik," kata Deputi bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Jan Sopaheluwakan di Jakarta, Minggu.Di peta dunia, jalur vulkanik tersebut melintasi Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara, Kepulauan Halmahera, Filipina, Jepang, kepulauan di Rusia Timur, pulau-pulau di Samudra Pasifik, Selandia Baru, Alaska, pantai Barat Amerika Utara hingga Amerika Selatan, Italia, Yunani, Turki, Pakistan, Birma, dan Andaman."Kalau di selatan daerah gempa, di utaranya sedikit adalah sumber gunung berapi. Kalimantan dan Papua termasuk bebas gunung berapi seperti juga Malaysia, Thailand, Papua New Guinea, Australia dan berbagai kawasan lain dunia," katanya. Gunung Merapi yang kini statusnya "Siaga", ujar Jan, merupakan salah satu dari sekitar 120 gunung berapi di Indonesia dan saat ini paling aktif selain Gunung Semeru, Krakatau, Tangkuban Perahu atau Gunung Talang. Ahli Geologi itu mengatakan, sekitar 100km di bawah Pulau Jawa, ada lempengan yang bertemu dan ada bagian magma inti bumi yang meleleh dan naik ke atas dan bermuara ke gunung Merapi. Letusan gunung berapi dimulai oleh magma yang mengalami tekanan dan menjadi lebih renggang dibanding lapisan di bawah kerak sehingga secara bertahap magma bergerak naik, mencapai celah atau retakan yang terdapat pada kerak. "Namun karena ada lava yang tersumbat dan membuat konsentrasi gas di sana menjadi tinggi, terus terkumpul dan tertekan, akhirnya menggiring pada letusan," katanya. Dikatakan Jan, gunung berapi tidak bisa dicegah dari kemungkinan meletus seperti mencegah kemungkinan sumbatan lava atau cara lain, dan hanya bisa diwaspadai dan dihindari ketika aktif dan memunculkan tanda-tanda akan meletus. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006