Kami mencatat, terdapat 20 proyek investasi di sektor industri petrokimia dengan proyeksi nilai sebesar 50 miliar dolar AS sepanjang 2020-2030. ....
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian menyiapkan sumber daya manusia (SDM) seiring dengan investasi petrokimia yang kian naik, mengingat industri kimia merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Kami mencatat, terdapat 20 proyek investasi di sektor industri petrokimia dengan proyeksi nilai sebesar 50 miliar dolar AS sepanjang 2020-2030. Artinya, dengan peningkatan investasi ini ada potensi untuk penambahan jumlah tenaga kerja,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin Arus Gunawan lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.
Arus menyebutkan, dua proyek besar industri petrokimia di wilayah Banten, misalnya adalah pembangunan pabrik Chandra Asri Perkasa (CAP2) dan Lotte Chemical Indonesia.
Baca juga: Petrokimia percepat layanan pupuk nonsubsidi dengan aplikasi WMS 2CE
Kedua proyek yang akan mulai produksi pada tahun 2025 ini ditargetkan menyerap tenaga kerja sebanyak 45.000 orang di bidang konstruksi dan 2.500 orang untuk operasional.
“Dari dua proyek itu saja, tenaga kerja yang dibutuhkan sangat banyak. Oleh karenanya, kami berupaya untuk terus menyediakan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten,” ujarnya.
Dalam hal ini, Kemenperin memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Petrokimia di Serang, Banten. Politeknik yang diresmikan pada April 2022 ini berada di Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI).
“Kampus ini masih bayi atau baru lahir, tapi keunggulannya antara lain adalah sesuai dengan spesifikasi dan teknisnya, dekat dengan industrinya, serta menerapkan dual system,” ujar Arus.
Di samping itu, Kemenperin telah menjalin kerja sama ikatan kerja dengan berbagai perusahaan industri petrokimia. Artinya, lulusan dari kampus ini bisa langsung terserap kerja. Saat ini, sudah ada kerja sama dengan 11 perusahaan petrokimia dan 2 asosiasi industri.
Baca juga: Kemenperin boyong industri drone ke Singapura, unjuk teknologi canggih
Ke-11 perusahaan tersebut, yakni PT Chandra Asri Petrochemical, PT Petrokimia Butadiene Indonesia, PT Pupuk Indonesia, PT Cabot Chemical Indonesia, PT Polytama Propindo, PT Petro Oxo Nusantara, PT Mitsubishi Chemical Indonesia, PT Trinseo Materials Indonesia, PT Nippon Shokubai Indonesia, PT Asahimas Chemical, dan PT Lotte Chemical Titan Nusantara.
Dua asosiasinya adalah Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia, serta Federasi Industri Kimia Indonesia.
“Dalam upaya pengembangan Politeknik ini, kami juga menjalin kerja sama dengan pihak dari luar negeri, seperti SECO Swiss,” imbuh Arus.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajarnya, Politeknik ini menerapkan model pendidikan 3-2-1 (3 semester di kampus, 2 semester di industri, dan 1 semester untuk menyusun tugas akhir).
Selain itu, kurikulumnya mengacu pada SKKNI, dilengkapi dengan teaching factory dan laboratorium, serta memiliki mesin dan peralatan praktik yang sesuai dengan di industri.
Politeknik Industri Petrokimia menawarkan tiga program studi tingkat Diploma 3 (D3), yakni Teknologi Proses Industri Petrokimia, Teknologi Mesin Industri Petrokimia, dan Teknologi Instrumentasi Industri Petrokimia.
Seluruh mahasiswa angkatan pertama dibebaskan dari biaya kuliah, sehingga tidak perlu membayar biaya pendaftaran, biaya semester, uang gedung, dan biaya kuliah lainnya sampai lulus.
“Pada angkatan pertama, peminat yang daftar lebih dari 2.300 orang, sedangkan yang lulus diterima dan menjadi angkatan pertama sebanyak 125 mahasiswa untuk tiga program studi,” papar Arus.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022