Yogyakarta (ANTARA News) - Masih sulit untuk memprediksi kapan Gunung Merapi meletus meskipun gempa fase banyak (MP) sudah mencapai 150 kali, kata staf Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Triyani ketika dihubungi Minggu. Menurut dia, kalau melihat aktivitas sekarang dengan jumlah kegempaan yang semakin meningkat terutama untuk MP tercatat 105 kali, maka kemungkinan Gunung Merapi mendekati untuk meletus. "Karena berdasarkan perhitungan, gunung meletus kalau MP sudah lebih dari 90 kali, dan apa yang terjadi di Merapi sudah melebihi, tercatat 150 kali," katanya. Namun, menurut Triyani, meskipun aktivitas terus menunjukkan peningkatan termasuk MP, bahkan kondisi seperti ini sudah melampaui aktivitas sebelum meletus tahun 2001, tetap sulit memprediksi kapan Gunung Merapi meletus, bisa cepat atau lambat, karena setiap letusan memiliki karakteristik tersendiri. Dia mengatakan, saat ini aktivitas "deformasi" terus terjadi yang menyebabkan jarak reflektor dari pos pengamatan Merapi semakin memendek. "Ada 10 reflektor yang dipasang, dan jarak itu semakin memendek akibat `deformasi` puncak yang semakin merekah," ujarnya. Sementara itu, seorang petugas Pos Pengamatan Merapi di Kaliurang, Panut mengatakan, saat ini Merapi sama sekali tidak bisa terlihat karena tertutup kabut dan mendung tipis. "Tidak terlihatnya Gunung Merapi tersebut hanya karena faktor cuaca," tambahnya. Data kegiatan Gunung Merapi yang dipantau BPPTK Yogyakarta selama dua hari, 15-16 April, menyebutkan faktor kegempaan untuk MP mencapai 105 kali, guguran lava 18 kali dan gempa vulkanik dangkal (VTB) 6 kali. BPPTK Yogyakarta juga menilai secara kuantitatif kegempaan di Gunung Merapi menunjukkan jumlah yang cukup tinggi. Sementara berdasarkan pengamatan visual di puncak Gunung Merapi menunjukkan asap solfatara berwarna putih tebal dengan tekanan lemah, dan tinggi asap maksimum 200 meter. Hujan terjadi di bagian barat dan utara, guguran lava pijar tidak terjadi, suara guguran terdengar 1 kali dan titik api diam di puncak Merapi tidak tampak. Cuaca pada pagi dan malam hari cerah, sedangkan siang dan sore tertutup kabut dan mendung. Angin bertiup sedang hingga kencang dari timur ke barat. Masyarakat terus diimbau untuk tidak melakukan kegiatan di badan sungai yang berhulu ke Gunung Merapi, tidak melakukan penambangan pasir dalam radius 8 kilometer dari puncak Merapi atau masuk dalam Kawasan Rawan Bencana III. Selain itu wisatawan dan masyarakat setempat dilarang mendaki Gunung Merapi, serta mengimbau pemerintah kabupaten di sekitar gunung yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng) itu untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi bencana letusan.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006