Denpasar, (ANTARA News) - Meningkatnya penggunaan air bersih di Bali sebagai konsekwensi bertambahnya jumlah penduduk, perkembangan pariwisata dan aktivitas lainnya cenderung menyebabkan meningkatnya produksi limbah cair.
"Sebanyak 60 sampai 70 persen adalah limbah cair dari penggunaan air secara keseluruhan," kata Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Propinsi Bali, Ir Ni Wayan Sudji, di Denpasar, Minggu (16/4).
Ia mengatakan, limbah-limbah cair tersebut sebagian besar mengalir ke sungai melalui saluran dan sebagian lainnya meresap ke dalam tanah. limbah-limbah tersebut sangat rawan menimbulkan kerusakan lingkungan.
Berbagai upaya telah dilakukan, agar limbah air yang dibuang ke sungai itu tidak sampai menimbulkan pencemaran atau merusak lingkungan sekitarnya.
Sudji menambahkan, kebutuhan air bersih di Bali cenderung meningkat, sehingga eksploitasi sumber daya air tidak dapat dihindari, dan beberapa tahun belakangan mulai dikhawatirkan meluasnya air laut ke daratan.
Selain itu terjadinya perubahan tata guna lahan dan keseimbangan sumber daya air yang tersedia serta adanya persaingan antar sektor dan antar wilayah dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
Sudji menjelaskan, kebutuhan air untuk domestik di Bali diperkirakan 170 juta m3 per tahun, dengan asumsi masyarakat pedesaan rata-rata 118,4 liter dan perkotaan 173 liter per orang sehari.
Sedangkan kebutuhan air non domestik yang dikelompokkan untuk akomodasi pariwisata, rumah makan, industri, pelabuhan laut, perkantoran yang jumlahnya cukup besar pula.
Potensi sumber daya air di Bali masih cukup besar yang terdiri atas air permukaan yang masuk ke dalam sistem sungai, air tanah, mata air dan sumur serta danau, kata Sudji.(*)
Copyright © ANTARA 2006