"Untuk bisa tetap relevan kita harus pindah ke handphone. Kita tidak lagi mengandalkan frekuensi radio untuk mendistribusikan audio, tapi kita mengandalkan bandwidth, kita mengandalkan internet," ujar Sekretaris Umum PRSSNI M Rafiq di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, dengan bermigrasi ke layanan streaming, akan memberikan memberikan lebih banyak keuntungan bagi radio-radio lokal, mulai dari jangkauan pendengar yang lebih luas hingga banyaknya fitur yang bisa dimanfaatkan.
Baca juga: Kemenkominfo buka konsultasi publik RPM penggunaan spektrum radio
Melalui streaming, masyarakat bisa mendengar radio lokal dari berbagai daerah tanpa terkendala pembatasan frekuensi.
Dengan demikian, radio-radio lokal bisa memiliki kesempatan yang sama dengan radio "besar" untuk berkembang dan memperluas bisnis mereka.
Saat ini, kata Rafiq, pihaknya tengah berupaya mencari mitra untuk diajak berkolaborasi agar radio-radio swasta di bawah naungan PRSSNI bisa didengarkan melalui layanan streaming.
Salah satunya dengan platform konten audio lokal swasta seperti Noice. Melalui kolaborasi tersebut, lebih dari 500 radio swasta yang ada di bawah naungan PRSSNI bisa diakses oleh masyarakat luas secara streaming.
Dengan langkah tersebut, Rafiq optimis industri radio bisa kembali bersinar dan kembali mendapat kepercayaan baik dari pendengar maupun pengiklan.
"Oleh karena itu kami berkolaborasi salah satunya dengan Noice agar radio tetap relevan," kata dia.
Baca juga: PRSSNI-Noice kolaborasi buka akses "streaming" radio swasta Indonesia
Baca juga: Industri radio dituntut lakukan inovasi
Baca juga: Hytera luncurkan generasi baru radio seluler DMR Seri HM6
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022