Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan telah membeberkan sejumlah upaya mitigasi preventif dalam mengatasi meningkatknya jumlah kasus dengue atau demam berdarah (DBD) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
“Pemerintah dalam menangani dengue, sudah menyusun enam strategi besar dalam penanggulangan dengue di Indonesia,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kemenkes Imran Pambudi dalam Webinar Waspada Penyebaran Dengue di Tengah Musim Hujan yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Imran menuturkan pada strategi pertama, pemerintah berfokus pada manajemen vektor. Di mana pengendalian dilakukan sebelum masa penularan dengan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik dan pemeriksaan jentik secara berkala yang dituangkan dalam SE Dirjen P2P No. HK.02.02/C/3502/2022.
Strategi kedua yakni menerbitkan PNPK tatalaksana dengue yang dituangkan pada KMK No. HK.01.07/Menkes/9845/2020 tentang PNPK tatalaksana infeksi dengue pada dewasa. Sedangkan KMK No. HK.01.07/Menkes/4636/2021 tentang PNPK Tatalaksana infeksi dengue pada anak dan remaja.
Baca juga: Ahli: Demam berdarah dengue terus meningkat saat COVID-19 terkendali
Baca juga: RSCM sebut penyakit DBD miliki spektrum perjalanan yang unik
Selain itu, Kementerian Kesehatan juga menggunakan RDT Dengue sebagai alat bantu penegakan diagnosis dini.
Pada strategi ketiga, Imran menyatakan bahwa pemerintah berusaha mewujudkan surveilans dengue secara data seketika (realtime), melalui pengembangan SIARVI (Sistem Informasi Arbosirosis), Membentuk Tim Gerak Cepat dalam penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan sistem kewaspadaan dini KLB.
“Kemenkes dalam strategi keempat juga melakukan diseminasi dan sistem kewaspadaan dini KLB. Partisipasi masyarakat selalu kita dorong untuk gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus dan revitalisasi kelompok kerja operasional (POKJANAL),” ujarnya.
Sedangkan dalam strategi kelima atau manajemen program, kemitraan dan komitmen pemerintah, Kementerian Kesehatan melakukan penyusunan RPM Penanggulangan dengue, serta mengajak pemerintah daerah untuk membuat peraturan tentang pencegahan dan pengendalian dengue.
Kemudian pada strategi keenam terkait pengembangan kajian, penelitian dan inovasi, pemerintah mengembangkan sebuah teknologi Wolbachia yang dituangkan dalam KMK No. HK.01.07/Menkes/1341/2022 tentang dengue dengan metode Wolbachia.
“Kedua adalah pengembangan vaksin dengue, di mana saat ini kita sedang menunggu rekomendasi ITAGI untuk menjadi vaksin program,” ujar dia.
Sebelumnya dalam data terbaru Kementerian Kesehatan, dia menjelaskan bahwa jumlah kasus dengue sampai dengan pekan ke-39 tahun 2022 telah mencapai 94.355 kasus dan diprediksi akan terus meningkat.
Data Kemenkes terkait persebaran kasus dengue yang dihimpun sampai pekan ke-39 tahun 2022, juga menunjukkan jika Incidence Rate (IR) dengue pada tahun 2022 sudah mencapai 34,33 persen dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,9 persen.*
Baca juga: RSCM: Potensi kasus DBD perlu diperhatikan sejak musim panas
Baca juga: Kemenkes catat kasus dengue sampai minggu ke-39 2022 capai 94.355
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022