Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan sedang meneliti keterkaitan sejumlah virus maupun bakteri yang memicu kasus gangguan ginjal akut misterius di Indonesia.

"Tim kami sudah dibentuk, Kemenkes selalu meng-'update' perkembangan atas pengamatan surveilans dan dicari penyebabnya dengan penyelidikan epidemiologi," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta, Senin.

Baca juga: Kemenkes bentuk tim investigasi ginjal akut misterius

Menurut Maxi, Kemenkes bersama sejumlah peneliti dari perguruan tinggi serta organisasi profesi sedang melakukan pemeriksaan genom sekuensing keterkaitan virus leptospirosis atau penyakit bakteri yang menyebar melalui air seni hewan yang terinfeksi.

Selain itu, penelitian juga dilakukan terhadap kemungkinan pengaruh virus influenza hingga adenovirus pada pasien.

Ia mengatakan ketiga virus tersebut diduga kuat sebagai faktor utama pemicu gangguan ginjal akut misterius di Indonesia.

Baca juga: IDAI ingatkan waspadai gejala gangguan ginjal akut misterius pada anak

Berdasarkan data Kemenkes per hari ini, jumlah kasus gangguan ginjal akut misterius yang dilaporkan mencapai total 156 kasus, terbanyak berasal dari DKI Jakarta dan Jawa Barat.

"Setiap ada gejala, kami langsung teliti. Umumnya dilaporkan dari Pulau Jawa," katanya.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengumumkan sejumlah gejala yang umum dialami pasien gangguan ginjal akut misterius, salah satunya frekuensi warna dan jumlah urine.

Baca juga: KSP minta orang tua waspadai gejala gangguan ginjal akut pada anak

Disebut urine berkurang kalau jumlahnya kurang dari 0,5 ml/kg/jam pada bayi, atau tidak ada urine sama sekali selama 6 sampai 8 jam saat siang. Adapun warna urine cenderung kuning gelap.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022