Kita harus menjaga nama dan citra Indonesia di mata dunia

Jakarta (ANTARA) - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas berpesan kepada santri yang tengah menimba ilmu di Korea Selatan agar dapat menjaga citra dan nama baik Negara Kesatuan Republik Indonesia di mata dunia.

"Jangan membuat malu negara Indonesia. Kita harus menjaga nama dan citra Indonesia di mata dunia," ujar Yaqut dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

Pesan Yaqut itu disampaikan saat menghadiri Peringatan Hari Santri yang diselenggarakan Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Korea Selatan. Hadir, para santri dan diaspora Indonesia yang ada di Korea Selatan.

Yaqut menyampaikan hidup di negeri orang harus memegang teguh peribahasa, 'Di mana bumi dipijak di situ negeri dijunjung'. Artinya, setiap orang Indonesia atau pekerja Indonesia yang bekerja atau tinggal di negeri orang harus menjaga nama dan martabat bangsa dan negara.

Baca juga: Menag Yaqut ingin hari santri dirayakan oleh semua orang

Baca juga: Menag terbitkan edaran peringatan Hari Santri 2022

Ia juga mengingatkan agar waspada karena masih ada kelompok-kelompok yang membawa identitas keagamaan untuk tujuan-tujuan politik tertentu, termasuk di luar negeri. Tujuannya, menjelekkan Indonesia dan pemerintah.

Untuk itu, Menag berpesan agar warga Indonesia, terutama kaum Muslim untuk mewaspadai setiap gerakan yang ingin merongrong kewibawaan pemerintah.

"Waspadai setiap upaya yang mengganggu citra baik Indonesia. Masih saja ada beberapa kelompok keagamaan yang meneriakkan narasi NKRI bersyariah, khilafah, dan sebagainya," kata dia.

Ia menegaskan bahwa bentuk negara Indonesia sudah final. Entitas ketatanegaraan NKRI dibentuk atas dasar keberagamaan. Indonesia didirikan oleh beragam suku, agama, hingga adat istiadat.

Menag meminta warga Indonesia, terutama yang berada di Korea Selatan, jangan pernah ikut gerakan atau narasi yang menginginkan Indonesia diubah menjadi negara agama.

"Selalu saya mengatakan, tidak ada Indonesia kalau tidak ada Jawa, Sunda, Batak, Minang, Aceh, dan sebagainya. Tidak ada Indonesia kalau tidak ada Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, Konghucu. Indonesia ada karena perbedaan, dan keberagaman yang menguatkan kita," kata dia.

Baca juga: Menag: Peringatan Hari Santri bentuk penghargaan dari pemerintah

Baca juga: Digitalisasi pegon hingga mayoran jadi rangkaian acara Hari Santri

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022