Indeks dolar AS berjangka lebih rendah hari ini, yang juga memberikan peluang rebound untuk pasar minyak

Singapura (ANTARA) - Harga minyak menguat dalam perdagangan tipis di awal jam Asia pada Senin pagi, karena penguatan dolar AS mereda sementara investor menunggu data dari China untuk mengukur permintaan di importir minyak mentah utama dunia itu.

Harga minyak mentah berjangka Brent terangkat 85 sen atau 0,9 persen, menjadi diperdagangkan di 92,48 dolar AS per barel pada pukul 00.19 GMT, pulih dari penurunan 6,4 persen minggu lalu.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan di 86,34 dolar AS per barel, terdongkrak 73 sen atau 0,9 persen, setelah mencatat penurunan 7,6 persen minggu lalu.

Harga minyak mendapat dukungan dari kombinasi beberapa faktor, termasuk komentar Presiden China Xi Jinping di Kongres Partai yang meyakinkan kebijakan akomodatif untuk ekonomi, tanda positif untuk prospek permintaan, kata Analis CMC Markets, Tina Teng.

"Indeks dolar AS berjangka lebih rendah hari ini, yang juga memberikan peluang rebound untuk pasar minyak," tambahnya. Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.

China diperkirakan akan merilis data perdagangan dan ekonomi minggu ini. Meskipun pertumbuhan PDB kuartal ketiga dapat pulih dari kuartal sebelumnya, kebijakan ketat COVID-19 Xi membuat ekonomi nomor dua dunia itu menghadapi apa yang kemungkinan besar akan menjadi tahun dengan kinerja terburuk dalam hampir setengah abad.

Baca juga: Harga minyak melemah di Asia, dipicu pasar khawatir risiko permintaan

Ke depan, harga minyak diperkirakan akan tetap fluktuatif karena pengurangan produksi oleh OPEC+ akan memperketat pasokan menjelang embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia, sementara dolar AS yang kuat dan kenaikan suku bunga lebih lanjut dari Federal Reserve AS membatasi kenaikan harga.

Presiden The Fed St Louis James Bullard mengatakan pada Jumat (14/10/2022) inflasi telah "merusak" dan sulit untuk ditahan, dan menjamin kelanjutan kebijakan agresif melalui peningkatan suku bunga yang lebih besar dari tiga perempat poin persentase.

Negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu mereka, termasuk Rusia, pada Minggu (16/10/2022) berbaris untuk mendukung pengurangan produksi curam yang disepakati bulan ini setelah Gedung Putih, meningkatkan perang kata-kata dengan Arab Saudi, menuduh Riyadh memaksa negara lain untuk mendukung langkah tersebut.

OPEC+ berjanji pada 5 Oktober untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari, yang akan menyebabkan penurunan aktual sekitar 1 juta barel per hari karena beberapa anggota sudah berproduksi di bawah target mereka.

Meskipun demikian, eksportir utama Arab Saudi akan menjaga ekspor ke pasar utama Asia stabil pada November.

Baca juga: Harga minyak turun lagi, OPEC pangkas perkiraan permintaan dunia

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022