Kota Bogor (ANTARA) - Institut Pertanian Bogor (IPB) mengambil dua langkah cepat untuk mengamankan proses pembelajaran di kampusnya dengan menyesuaikan prakiraan BMKG dan penerapan pemeriksaan pohon-pohon di lingkungan kampus dengan teknik Arborikultur.
Kebijakan ini menyusul setelah peristiwa salah satu mahasiswinya Adzra Nabila (20) terbawa hanyut dari drainase Jalan Dadali Kota Bogor pada Rabu (12/10) sore saat hujan deras. Jenazah Adzra terbawa hanyut hingga 80 kilometer di Sungai Ciliwung wilayah Jakarta Barat dan baru diketemukan setelah lima hari menghilang pada Minggu (16/10) pagi.
"Rencana kebijakan yang akan diambil antara lain. Pertama penyesuaian metode pembelajaran di saat cuaca yg tidak kondusif. IPB akan terus memantau perkiraan cuaca dari BMKG untuk menentukan metode pembelajaran. Jadi metode pembelajaran akan lebih fleksibel. Bagi kami keselamatan nomor satu," ungkap Rektor IPB Arif Satria kepada ANTARA saat dikonfirmasi dari Kota Bogor, Minggu.
Selanjutnya yang kedua, kata Arif, IPB akan melakukan Arborikultur untuk pemeriksaan kesehatan pohon-pohon di lingkungan kampus.
Dia menjelaskan Arborikultur merupakan teknik untuk mendiagnosis pohon-pohon yang berpotensi tumbang.
Peranan arboris atau dokter pohon melalui aplikasi teknik arborikultur dalam pemeriksaan kesehatan dan perawatan individu pohon harus terus ditingkatkan dan dijadikan profesi.
Dengan begitu, menurutnya, akan mendukung pengelolaan ruang terbuka hijau yang memang membutuhkan pengetahuan dan teknik mutakhir sebagai alat bantu diagnosis. Misalnya teknologi sonic tomography, drilling resistance dan lain sebagainya agar pohon atau pepohonan yang dikelola tetap sehat dan tidak mudah tumbang.
Arif mengemukakan, ketersediaan tenaga arboris atau dokter pohon profesional masih sangat kurang. Oleh karena itu Klaster Riset Arborikultur IPB bekerjasama dengan Balai Kejuruan Teknik Kehutanan - Persatuan Insinyur Indonesia (BKTHut-PII) dan didukung oleh MArI dan KLHK telah menyelenggarakan pelatihan teknik pemeriksaan pohon di lanskap Kota-kota yang juga dikaitkan dengan perolehan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) bagi para insinyur professional BKTHUT.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa cuaca ekstrem berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia dan secara khusus terjadi di 24 provinsi dalam sepekan ke depan atau periode 15-21 Oktober 2022.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers virtual diikuti dari Jakarta, Jumat sore, secara khusus dia menyoroti potensi cuaca ekstrem di wilayah 24 provinsi dalam periode tersebut, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu dan Lampung.
Cuaca ekstrem juga diprakirakan terjadi di Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Papua.
Baca juga: Jasad mahasiswi IPB hanyut 80 kilometer selama lima hari
Baca juga: Jenazah mahasiswi IPB Adzra dimakamkan dekat rumah duka Minggu malam
Baca juga: Wali Kota Bogor identifikasi titik rawan usai hanyutnya mahasiswi IPB
Pewarta: Linna Susanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022