Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Papua Nugini (PNG) sepakat meningkatkan patroli bersama di perbatasan kedua negara untuk mengantisipasi pelintas batas ilegal, termasuk mencegah larinya pelaku penyerangan pos TNI di Desa Wembi, Distrik Arso Kabupaten Keerom, Papua, awal pekan silam. Kerjasama kedua negara sudah ada dan berjalan baik, tinggal kita tingkatkan, menyusul berbagai aksi di Papua belakangan ini," kata Ketua Desk Papua Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Polhukam) Setya Purwaka, ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat. Menurut dia, peningkatan kerjasama itu antara lain dengan mengintensifkan patroli bersama antara aparat keamanan kedua negara di wilayah perbatasan. Selain patroli bersama, kedua pemerintahan sepakat untuk meningkatkan kegiatan saling tukar informasi intelijen, terutama yang menyangkut pelaku penyerangan pos TNI di Wembi, yang diduga lari ke PNG. Langkah itu yang akan dilakukan dalam jangka pendek guna mengantisipasi warga Papua menyeberang secera ilegal ke Australia atau negara lain melalui PNG dan mencari pelaku berbagai aksi demosnstrasi, dan kekerasan di Papua. Tentang kendala yang dihadapi, ia mengatakan, keterbatasan personil dan alat dukung aparat keamanan PNG. "Jumlah personil beserta sarana pendukungnya yang dimiliki PNG masih sangat terbatas, dibandingkan RI. Itu berpengaruh terhadap pola kerjasama yang ada," ujarnya. Meski begitu, RI dan PNG sepakat untuk meningkatkan kerjasama pengamanan di perbatasan sesuai kerangka kerjasama yang telah ada yakni Joint Border Commiittee (JBC) pada tingkat pejabat tinggi. Panjang garis perbatasan RI-PNG adalah 870 kilometer, dengan jumlah pos sebanyak 94 unit. Sedangkan perbatasan wilayah perairan RI-Australia sering menjadi jalur alternatif bagi para imigran gelap dari Timur Tengah ke Australia sebagai negara tujuan.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006