Samarinda (ANTARA) - Tim Manggala Agni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Daerah Operasi Kalimantan XII/Paser Pondok Kerja Sepaku melakukan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim.
"Begitu mendapat informasi dari BMKG bahwa ada titik panas di Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, kami langsung menuju titik koordinat yang disampaikan," ujar Wakil Ketua Manggala Agni Pondok Kerja Sepaku Ilham dihubungi dari Samarinda, Sabtu.
Informasi adanya titik api tersebut disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan pada Jumat (14/10) sore.
Dalam informasi itu dijelaskan BMKG mendeteksi 38 titik panas pada Jumat (14/10), mulai pukul 01.00 hingga 17.00 Wita. Salah satunya adalah titik api di Kabupaten Penajam Paser Utara, yakni di Kecamatan Penajam dengan titik koordinat 116.6065 bujur -1.1332 lintang.
Baca juga: Manggala Agni KLHK libatkan masyarakat untuk cegah kebakaran hutan
Setelah mendapat informasi tersebut, pihaknya langsung ke lokasi sesuai koordinat yang disampaikan BMKG. Lokasi karhutla di Kelurahan Sepan, Kecamatan Penajam.
“Setelah tim tiba di titik panas sesuai koordinat, memang benar telah terjadi karhutla sehingga tim langsung memeriksa situasi. Di lokasi itu api telah padam, hanya sisa kepulan asap, sehingga tim melakukan penyemprotan pada sejumlah titik yang masih terdapat asap,” katanya.
Penyemprotan terhadap titik asap dan sekitarnya dilakukan untuk mencegah jangan sampai bara yang masih menyala menyebar ke lokasi lain, sehingga pihaknya harus memastikan bahwa bara maupun kepulan asap tidak ada lagi.
Ia menjelaskan bahan yang terbakar dalam karhutla tersebut adalah daun, ranting kering, dan pepohonan, sementara luas lahan yang terbakar ia perkirakan sekitar dua hektare.
Ia melanjutkan jarak tempuh dari Posko Manggala Agni Pondok Kerja Sepaku ke lokasi karhutla sekitar 63 km, sedangkan waktu tempuh perjalanan menggunakan roda dua sekitar dua jam, karena dari jalan besar ke lokasi merupakan jalan tanah dan licin.
"Sebenarnya bisa menggunakan roda empat untuk menuju lokasi, tapi agak sulit dan harus menggunakan mobil dobel gardan karena selain jalan licin juga ada beberapa tanjakan yang masih jalan tanah," katanya.
Baca juga: Membangun upaya bersama menjaga hutan Jambi dari karhutla
Baca juga: Cegah buka lahan dengan api, KLHK dorong pemanfaatan limbah biomassa
Baca juga: Lahan mineral di sekitar Jalan Tol Palembang-Indralaya km 13 terbakar
Pewarta: M.Ghofar
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022