Dhaka (ANTARA) - Bangladesh pada Kamis (13/10) melaporkan tambahan delapan kematian akibat demam berdarah dengue (DBD), yang merupakan jumlah kasus harian tertinggi, sehingga hingga sejauh ini total kematian naik menjadi pada tahun 2022.

Direktorat Jenderal Layanan Kesehatan (Directorate General of Health Services/DGHS) Bangladesh mencatat negara Asia Selatan itu mengalami lonjakan signifikan dalam kasus DBD bulan ini dengan 7.190 kasus dan 28 kematian.

Menurut DGHS yang berada di bawah Kementerian Kesehatan Bangladesh, sepanjang September ada 9.911 kasus DBD yang tercatat dan pada Agustus terdapat 3.521 orang terinfeksi penyakit yang ditularkan oleh nyamuk itu.

Berdasarkan wilayah, Dhaka dan distrik-distrik tetangganya lebih rentan terhadap risiko penyakit tersebut. Sejumlah rumah sakit dan klinik di Dhaka sekarang dipenuhi oleh para pasien DBD, kata DGHS.

Sebanyak 765 kasus DBD baru, termasuk 497 kasus di Dhaka, dilaporkan dalam 24 jam terakhir hingga Kamis pukul 08.00 waktu setempat.

Seorang pengendara sepeda melintas di depan petugas yang sedang melakukan foging untuk memerangi merebaknya DPD di Dhaka, Bangladesh. DGHS mencatat 23.282 kasus DBD dan 20.405 pasien sembuh sepanjang tahun ini (Xinhua)

Selain 28 kematian yang dilaporkan hingga sejauh ini pada Oktober, terdapat 34 kematian pada September, 11 kematian pada Agustus, sembilan kematian pada Juli, dan satu kematian pada Juni, kata DGHS.

Periode monsun Juni-September merupakan musim DBD di Bangladesh, yang dianggap sebagai negara berisiko tinggi untuk penyakit yang ditularkan oleh nyamuk itu.

Bangladesh, dengan populasi sekitar 170 juta penduduk, sangat rentan terhadap virus tersebut karena keselamatan hayati (biosecurity) yang tidak memadai dan pengawasan penyakit yang kurang baik.

Dalam kasus yang parah, DBD dapat menyebabkan nyeri sendi, mual, muntah, ruam, masalah pernapasan, pendarahan, dan kegagalan organ tubuh.

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2022