Inflasi tetap terlalu tinggi, kredibilitas Fed dipertaruhkan, dan harus terus mendaki secara agresif sampai inflasi melambat.
New York (ANTARA) - Wall Street jatuh pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena investor khawatir bahwa inflasi yang terus-menerus akan memaksa Federal Reserve untuk melanjutkan pengetatan agresif dan dapat memicu resesi, sementara investor mencerna tahap awal musim laporan keuangan perusahaan.
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 403,89 poin atau 1,34 persen, menjadi menetap di 29.634,83 poin. indeks S&P 500 tergelincir 86,84 poin atau 2,37 persen menjadi berakhir di 3.583,07 poin. Indeks Komposit Nasdaq anjlok 327,76 poin atau 3,08 persen, menjadi ditutup di 10.321,39 poin.
Seluruh 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor konsumer non-primer dan energi masing-masing terperosok 3,88 persen dan 3,71 persen, memimpin kerugian. Untuk minggu ini, Dow naik 1,15 persen, S&P 500 kehilangan 1,56 persen dan Nasdaq jatuh 3,11 persen.
Baca juga: Wall Street berakhir lebih tinggi, indeks Dow melonjak 827,87 poin
Pada sesi terakhir minggu yang bergejolak, ekuitas dibuka lebih tinggi, kemudian berbalik arah setelah data dari University of Michigan menunjukkan sentimen konsumen membaik pada Oktober tetapi ekspektasi inflasi memburuk karena harga bensin bergerak lebih tinggi. Data penjualan ritel juga menunjukkan ketahanan di kalangan konsumen.
Ekspektasi konsumen untuk inflasi selama tahun depan naik menjadi 5,1 persen dari level terendah satu tahun di 4,7 persen pada September, sementara ekspektasi inflasi selama lima tahun ke depan naik menjadi 2,9 persen dari 2,7 persen bulan lalu, menurut survei tersebut.
Pada Kamis (13/10/2022), Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa indeks harga konsumen negara itu datang lebih panas dari yang diharapkan pada bulan September.
"Inflasi tetap terlalu tinggi, kredibilitas Fed dipertaruhkan, dan harus terus mendaki secara agresif sampai inflasi melambat," kata Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management, dalam sebuah catatan pada Jumat (14/10/2022).
"Karena inflasi tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama dan kenaikan Fed lebih lanjut, risiko meningkat bahwa efek kumulatif dari pengetatan kebijakan mendorong ekonomi AS ke dalam resesi," katanya, menambahkan bahwa investor harus bersiap untuk volatilitas pasar yang berkelanjutan.
Baca juga: Saham Asia mengikuti Wall Street dibuka lebih tinggi
Departemen Perdagangan AS melaporkan pada Jumat (14/10/2022) bahwa penjualan ritel AS secara kasar datar pada September karena pembeli menghadapi inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga.
"Tekanan utama pada pasar saat ini adalah suku bunga yang lebih tinggi, inflasi yang lebih tinggi dan The Fed akan terus menaikkan target suku bunga fed fund lebih tinggi," kata Anthony Saglimbene, kepala strategi pasar di Ameriprise Financial di Troy, Michigan.
"Narasi bahwa kita telah melihat inflasi puncak belum terbukti dan itu menekan pasar."
Musim laporan keuangan perusahaan mulai meningkat dan membantu indeks bank, yang membukukan kenaikan tipis 0,03 persen setelah hasil kuartalan dari JPMorgan Chase & Co naik 1,66 persen, Citigroup Inc naik 0,65 persen dan Wells Fargo & Co naik 1,86 persen, mendorong saham masing-masing.
"Pesan yang saya dapatkan dari mereka adalah segala sesuatunya terlihat cukup baik dari perspektif ekonomi meskipun ada tantangan tetapi mereka meningkatkan cadangan kerugian pinjaman hanya untuk mengantisipasi bahwa Anda akan melihat lebih banyak perlambatan," kata Brian Jacobsen, ahli strategi investasi senior di Allspring Global Investments di Menomonee Falls, Wisconsin. Allspring.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022