Kiev (ANTARA) - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada Kamis (13/10) menuduh Komite Internasional Palang Merah (ICRC) tidak bertindak dalam menegakkan hak-hak tawanan perang Ukraina.

Zelenskiy mendesak ICRC untuk melakukan misi ke sebuah kamp di wilayah timur Ukraina yang diduduki Rusia.

Kepala staf Presiden Ukraina Andriy Yermak mengeluarkan ultimatum kepada ICRC untuk meluncurkan sebuah misi dalam waktu tiga hari atau pihak berwenang Kiev akan melakukannya sendiri.

Dalam video pidato malamnya, Zelenskiy mengatakan bahwa 20 tahanan Ukraina telah dibebaskan, yang merupakan hasil terbaru dari upaya terus-menerus untuk membawa pulang tahanan Ukraina.

Namun, Zelenskiy dalam serangkaian kritik terbaru Ukraina terhadap ICRC mengatakan belum ada yang mengunjungi Olenivka, yakni sebuah kamp terkenal di Ukraina timur di mana puluhan tawanan perang Ukraina tewas dalam ledakan dan kebakaran pada Juli.

"Saya percaya Komite Internasional Palang Merah bukanlah klub dengan hak istimewa di mana seseorang menerima gaji dan menikmati hidup," kata Zelenskiy dalam video pidatonya.

"Palang Merah memiliki kewajiban, terutama yang bersifat moral. Amanat Palang Merah harus dipenuhi. Perlu segera melakukan apa yang sepenuhnya logis untuk dilakukan oleh Palang Merah," kata Zelenskiy.

"Ada Olenivka, kamp konsentrasi tempat tawanan perang kita ditahan. Akses ke mereka harus disediakan sesuai kesepakatan. Palang Merah bisa mewujudkannya, tetapi Anda harus berusaha mewujudkannya. Ukraina siap memfasilitasi ini," ujarnya.

Zelenskiy menyarankan misi Palang Merah dapat diselenggarakan di sepanjang jalur-jalur Badan Energi Atom Internasional, yang telah mengunjungi Rusia dan Ukraina untuk menegakkan keselamatan di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang diduduki Rusia.

"Namun, langkah itu membutuhkan kepemimpinan. Kehati-hatian diperlukan. Penting untuk memahami siapa dan mengapa lembaga seperti Palang Merah diciptakan," kata Zelenskiy.

Yermak mengatakan, kepada para pejabat Ukraina dalam sebuah video di YouTube tentang pertemuan para ahli yang melibatkan setidaknya satu pejabat ICRC yang berpartisipasi dari jarak jauh, bahwa Ukraina telah kehilangan kesabaran.

"Jika tidak ada misi yang dibentuk dalam tiga hari, kami, sebagai negara berdaulat, berhak menggunakan semua mekanisme yang tersedia," kata Yermak dalam pertemuan tersebut.

Dia mengatakan sekelompok ahli akan melakukan misi yang "harus dilakukan oleh Anda (ICRC). Kami tidak akan menunggu lebih lama lagi."

Tidak ada seorang pun dari ICRC yang berkomentar dalam pertemuan itu.

Lebih dari 50 tawanan perang Ukraina tewas dalam serangan di kamp Olenivka pada Juli, dan banyak dari mereka adalah tentara yang mempertahankan pabrik baja Azovstal di Mariupol sebelum menyerahkan diri.

Ukraina menuduh Rusia meledakkan barak untuk menutupi apa yang mereka sebut sebagai penyiksaan dan pembunuhan tahanan.

Sementara pihak berwenang Rusia mengatakan rudal Ukraina yang menyebabkan ledakan di barak itu.

Sumber: Reuters
Baca juga: Majelis Umum PBB : Pencaplokan wilayah Ukraina oleh Rusia "ilegal"
Baca juga: Inggris akan sumbang rudal pertahanan udara ke Ukraina
Baca juga: Rudal Rusia hantam 30 persen infrastuktur energi Ukraina dalam 2 hari

Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022