New York (ANTARA) - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), menghentikan penurunan tiga sesi berturut-turut, karena tingkat persediaan minyak diesel yang rendah menjelang musim dingin memicu pembelian dan membalikkan kerugian awal di tengah stok minyak mentah dan bensin yang sangat tinggi.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk pengiriman November terangkat 1,84 dolar AS atau 2,1 persen, menjadi menetap di 89,11 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember bertambah 2,12 dolar AS atau 2,3 ​​persen, menjadi ditutup di 94,57 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Harga mengumpulkan beberapa dukungan dari penurunan stok sulingan AS. Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan Kamis (13/10/2022) bahwa persediaan bahan bakar distilasi yang meliputi minyak diesel dan pemanas negara itu turun 4,9 juta barel selama pekan yang berakhir 7 Oktober, jauh melebihi ekspektasi untuk penurunan 2 juta barel dan membawa persediaan menjadi 106,1 juta barel, terendah sejak Mei.

Itu mendorong investor untuk mengabaikan kejutan 2 juta stok bensin dan kenaikan yang lebih besar dari perkiraan mendekati 10 juta barel dalam persediaan minyak mentah. Menurut EIA, persediaan minyak mentah komersial meningkat sebesar 9,9 juta barel pekan lalu, sementara total persediaan bensin motor naik 2,0 juta barel.

"Bagian yang paling mengganggu dari laporan (EIA) adalah bahwa persediaan penyulingan jauh di bawah rata-rata. Musim dingin akan datang," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago seperti dikutip oleh Reuters. "Pasar melihat gambaran besarnya, berlawanan dengan jumlah permintaan jangka pendek yang terkena dampak badai."

Prospek permintaan energi yang lebih lemah di tengah perlambatan ekonomi global terus membebani harga. Banyak investor tetap khawatir bahwa kenaikan inflasi akan mengurangi permintaan bahan bakar. Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan ekonomi global mungkin masuk ke dalam resesi.

Dalam laporan bulanannya yang dirilis pada Kamis (13/10/2022), Badan Energi Internasional memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia baik untuk tahun ini maupun tahun depan, mengutip hambatan ekonomi yang lebih kuat.

IEA menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyaknya sedikit untuk tahun ini menjadi 1,9 juta barel per hari dan 470.000 barel per hari pada 2023 menjadi 1,7 juta barel per hari.

Juga membebani harga adalah peringatan oleh IEA bahwa keputusan OPEC+ minggu lalu untuk memangkas pasokan sebesar 2 juta barel per hari (bph) dapat menyebabkan resesi global.

"Rencana OPEC+ ... telah menggelincirkan lintasan pertumbuhan pasokan minyak sepanjang sisa tahun ini dan tahun depan, dengan tingkat harga yang lebih tinggi yang dihasilkan memperburuk volatilitas pasar dan meningkatkan kekhawatiran keamanan energi," kata IEA.

Baca juga: Saham Jerman berbalik menguat, indeks DAX 40 terangkat 1,51 persen
Baca juga: Emas turun tipis setelah data inflasi AS lebih kuat dari perkiraan
Baca juga: Rupiah ditutup melemah, pelaku pasar tunggu rilis data inflasi AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022