Menjelang bulan puasa, hanya ada dua produk yang perlu ditindaklanjuti karena mengalami kenaikan harga, pertama adalah cabai disebabkan hambatan di sentra produksi,"

Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perdagangan mengantisipasi kenaikan harga cabai dan gula menjelang bulan puasa.

"Menjelang bulan puasa, hanya ada dua produk yang perlu ditindaklanjuti karena mengalami kenaikan harga, pertama adalah cabai disebabkan hambatan di sentra produksi," kata Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Gunaryo di Jakarta, Jumat.

Kenaikan harga tersebut menurut Gunaryo terutama terjadi di Sumatera, khususnya di Padang, Sumatera Barat.

"Kenaikan harga sekitar Rp4.000,00 yang terjadi karena cabai harus dikonsumsi dalam keadaan segar dan tidak bisa disimpan dalam waktu lama," jelas Gunaryo.

Cabai di Padang, menurut dia, disuplai dari Jawa dan mungkin mengalami hambatan pada jalur distribusinya.

Sementara itu, produk kedua yang diantisipasi pemerintah adalah gula yang harganya naik karena produksi belum maksimal.

"Harga gula naik karena produksi belum maksimal karena hasil lelang di pabrik gula belum banyak jumlahnya. Berbeda dengan tahun lalu, hal itu terjadi karena waktu produksi gula dengan masa puasa hampir bertepatan," jelas Gunaryo.

Akibat hampir bersamaannya waktu produksi gula dan puasa tersebut adalah pabrik makanan dan minuman juga mengambil stok gula dalam jumlah yang relatif cukup banyak, termasuk industri kecil.

"Misalnya, kenaikan harga gula di Sulawesi Selatan memang cukup tinggi karena wilayah tersebut memang sentra konsumsi untuk Indonesia bagian timur," ungkap Gunaryo.

Untuk mengantisipasi kenaikan harga gula tersebut, Gunaryo mengaku sudah meminta Kepala Dinas Perdagangan di seluruh Indonesia, pabrik gula, serta PT Perkebunan Nusantara untuk meningkatkan keikutsertaan dalam pasar-pasar murah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

"Mulai akhir Juni hingga Juli akan diperbanyak program pasar murah, kira-kira di 10 provinsi," jelas Gunaryo tanpa mengungkapkan daerah target operasi pasar tersebut.

Gunaryo mengakui bahwa distribusi gula impor rafinasi dari PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) untuk memenuhi kebutuhan gula kristal putih (GKP) di wilayah Indonesia Timur terkendala.

"Akan tetapi, produksi sekitar 167.000 ton GKP sudah rampung dan per 30 Juni akan didistribusikan khusus ke kawasan timur. Jumlah tersebut berasal dari gula mentah sebanyak 182 ribu," jelas Gunaryo.

Untuk jenis barang pokok lain, seperti beras dan daging, Gunaryo yakin suplai produk mencukupi.
(D017/D007)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012