Intinya ingin mencoba membangkitkan mereka semua
Jakarta (ANTARA) - Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi melakukan penyembuhan trauma terhadap siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 19 di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 11 Jakarta Selatan.
"Intinya ingin mencoba membangkitkan mereka semua, mengelola emosinya supaya tidak terus terbawa perasaan trauma," kata pria yang akrab disapa Kak Seto, saat ditemui di MAN 11, Jakarta, Kamis.
Kak Seto menjelaskan pentingnya kegiatan psikomotorik sehingga anak-anak bisa bergerak lepas dengan mengeluarkan emosi mereka.
Menurutnya, penting kegiatan ini dilakukan agar anak tidak hanya diam termenung sehingga bisa memunculkan pikiran saat bencana yang pernah dilihat mereka beberapa waktu lalu.
Dengan adanya berkumpul bersama, mereka diharapkan bisa belajar bersosial (social learning) dengan melihat teman-temannya agar bisa tetap bahagia sehingga bisa terpengaruh untuk ikut merasakan.
Baca juga: Jakarta Selatan serahkan akta kematian ke keluarga korban MTsN 19
Kegiatan ini terbilang sederhana dan mudah dilakukan, mulai dari menyanyi, olahraga hingga para siswa bisa mencurahkan hatinya, kata dia.
"Harapannya ini bisa dilakukan semua saja, guru dan orangtua. Kita kasih resep saja bagaimana membuat anak bisa bangkit kembali dan meneruskan masa depannya," katanya.
Dalam rangkaian kegiatan ini, LPAI juga mengajak para psikolog, Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dan para alumni mahasiswa untuk sama-sama memadukan pengetahuan mengenai penyembuhan trauma.
Adapun sejumlah petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga turut memberikan pendampingan kepada para siswa dengan memberikan permainan hingga mengajak menyanyi bersama.
Hujan deras yang berlangsung Kamis (6/10) siang menyebabkan air masuk ke lapangan MTsN 19 Jakarta Selatan.
Baca juga: Polsek Cilandak lepas garis polisi di MTsN 19 guna perbaikan
Tembok pembatas roboh sekolah menimpa tembok panggung tempat anak bermain. Akibatnya, tiga siswa wafat dan dua siswa dirawat.
Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2022