Singapura (ANTARA) - Harga minyak sedikit lebih rendah di perdagangan Asia pada Kamis sore, memperpanjang penurunan sesi sebelumnya karena prospek permintaan global yang melemah.
Harga minyak mentah berjangka Brent tergelincir tujuh sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 92,38 dolar AS per barel pada pukul 06.50 GMT. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 21 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 87,06 dolar AS per barel.
Baik OPEC maupun Departemen Energi AS telah memangkas prospek permintaan mereka, sementara peningkatan kasus COVID-19 di China telah memicu kekhawatiran baru atas konsumsi bahan bakar di negara pengimpor minyak mentah utama dunia itu.
"Pekan ini telah menempatkan risiko pertumbuhan kembali menjadi sorotan untuk harga minyak, karena antusiasme awal atas pengurangan produksi OPEC+ terbukti berumur pendek dan keuntungan terlihat memudar," kata Jun Rong Yeap, Ahli Strategi Pasar di platform perdagangan daring IG.
"Sementara pengurangan produksi OPEC+ dapat memberikan sedikit dasar untuk harga minyak, kenaikan mungkin tampak terbatas karena kondisi ekonomi akan menjalankan risiko moderasi lebih lanjut ketika Fed melakukan proses pengetatan Fed lebih lanjut," kata Yeap.
Baca juga: Harga minyak turun lagi, OPEC pangkas perkiraan permintaan dunia
Pekan lalu kelompok produsen yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu termasuk Rusia mendorong harga lebih tinggi ketika setuju untuk memangkas pasokan sebesar 2 juta barel per hari (bph).
Tetapi OPEC pada Rabu (12/10/2022) memangkas prospek pertumbuhan permintaan tahun ini 460.000 barel per hari menjadi 2,64 juta barel per hari, mengutip kebangkitan langkah-langkah penahanan COVID-19 China dan inflasi yang tinggi.
"Kekhawatiran permintaan yang meningkat dan masalah pasokan yang meningkat kemungkinan akan membuat harga komoditas bergejolak," kata analis ANZ Research.
"Belum ada bantuan dari China juga, karena pihak berwenang meningkatkan tindakan penguncian di tengah meningkatnya kasus di Shanghai," kata para analis.
Departemen Energi AS menurunkan ekspektasi untuk produksi dan permintaan di Amerika Serikat dan secara global. Sekarang hanya memperkirakan peningkatan 0,9 persen dalam konsumsi AS pada 2023, turun dari perkiraan sebelumnya untuk kenaikan 1,7 persen.
Baca juga: Harga minyak perpanjangan penurunan, tertekan penguatan dolar
Di seluruh dunia, departemen melihat konsumsi naik hanya 1,5 persen, turun dari perkiraan sebelumnya untuk pertumbuhan 2,0 persen.
Memburuknya permintaan minyak mentah berkontribusi pada peningkatan persediaan. Stok minyak mentah AS naik sekitar 7,1 juta barel untuk pekan yang berakhir 7 Oktober, menurut sumber pasar yang mengutip data API.
Pasar energi juga berada di bawah tekanan dari dolar AS, yang telah menguat secara luas, termasuk terhadap mata uang berimbal hasil rendah seperti yen.
Komitmen Federal Reserve (Fed) untuk terus menaikkan suku bunga guna membendung inflasi yang tinggi telah mendorong imbal hasil obligasi, membuat mata uang AS lebih menarik bagi investor asing.
Baca juga: Yen anjlok ke terendah 1998 terhadap dolar, sterling stabil atas dolar
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022