Kabul (ANTARA News) - Ribuan pasukan Afghanistan dan koalisi yang didukung pesawat tempur AS dan Inggris hari Kamis melanjutkan serangan atas wilayah gerilyawan dalam operasi baru besar-besaran di timur Afghanistan. Sekitar 2.500 tentara melancarkan Operasi Singa Gunung hari Rabu yang disertai dengan serangan udara dan darat di timur propinsi Kunar, dalam salah satu serangan terbesar sejak pemerintah Taliban digulingkan akhir tahun 2001. Pihak militer AS mengatakan, Selasa sore, banyak gerilyawan Afghanistan tewas dalam awal serangan itu, yang dilihat sebagai aksi balasan atas serangan musim semi oleh Taliban lewat serentetan ledakan bunuh diri dan serangan lainnya. Operasi itu dimulai di Lembah Sungai Pech, Kunar, "wilayah yang dikenal sebagai aktivitas teroris," kata pihak militer dalam pernyataannya yang disiarkan Kantor Berita AFP. Operasi tersebut juga bertujuan untuk "membuyarkan aktivitas gerilyawan dan mencegah kemampuan mereka untuk melakukan pemasokan kembali." Angkatan udara koalisi memberikan dukungan 24 jam, kata pernyataan angkatan udara lainnya. Pesawat tempur Eagle F-15, pesawat A-10 Thunberbolt dan pesawat B-52 "memberikan bantuan kepada pasukan di darat yang "mengobrak-abrik" lokasi pertahanan gerilyawan dan memberikan jaringan kerja," kata pernyataan tersebut. Pesawat Inggris, GR-7 Harrier memberikan dukungan militer, dan pesawat tak berawak juga memasok informasi intelijen dan pemantauan. Kendati cukup lama untuk mencapai wilayah kegiatan "teroris", pihaknya akan sampai di wilayah tersebut, kata Sersan Mayor James Redmor, komandan Gugus Tugas Spartan pimpinan AS, satu dari beberapa unit yang terlibat dalam operasi itu. Serangan tersebut dilancarkan sehari setelah roket menghantam sekolah di ibukota propinsi Kunar, Asadabad, menewaskan tujuh anak-anak dan mencederai 33 lainnya dan seorang guru. Belum jelas apakah roket tersebut, yang menurut polisi ditembakkan dari lintas perbatasan, diarahkan ke sekolah tersebut dekat pangkalan angkatan darat dan kompleks pasukan koalisi. Para pejabat menyalahkan Taliban sebagai pelakunya. Taliban melakukan aksi perlawanan terhadap pemerintah baru Afganistan sejak mereka dijatuhkan dalam serangan pimpinan AS akhir 2001. Pemimpin Taliban, Mullah Moahmmad Omar, dalam pernyatannya bulan lalu memperingatkan bahwa aksi perlawanan akan ditingkatkan terhadap pemerintah baru lewat serangan bom bunuh diri untuk "membakar" negeri itu.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006