Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis mata menyarankan pengaturan waktu menatap layar untuk mencegah gangguan mata seperti kelelahan mata atau astenopia akibat terlalu lama menatap layar perangkat elektronik.

Wakil Sekretaris Jendral Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) Pusat dr. Astrinanda Nadya Suryono, SpM(K) mengatakan bahwa terlalu lama menatap layar perangkat elektronik bisa menimbulkan gangguan seperti sakit kepala, nyeri leher dan bahu, mata lelah, dan ketidaknyamanan penglihatan yang disebut Computer Vision Syndrome.

"Yang paling ringan adalah mata lelah, atau istilah kedokterannya astenopia. Bisa terjadi karena mata kita ada otot-otot jadi kalau dia bekerja terlalu diforsir, terlalu lama melihat screen (layar) itu menjadi kelelahan," katanya dalam acara diskusi daring tentang kesehatan mata yang diikuti dari Jakarta, Rabu.

Terlalu lama fokus menatap layar perangkat elektronik, menurut dia, membuat frekuensi mata berkedip menjadi berkurang sehingga mata bisa menjadi kering dan gatal.

"Frekuensi mengedip ini perlu untuk merangsang keluarnya air mata untuk membasahi permukaan mata kita, jadi kalau ngedipnya kurang karena kita terlalu fokus matanya jadi kering dan gampang iritasi," kata Astrinanda.

Dokter yang praktik di Rumah Sakit Pondok Indah itu mengatakan bahwa pada anak-anak, terlalu lama menatap layar bisa menimbulkan kelainan refraksi yang disebut myopia, peningkatan minus.

"Karena mata anak-anak masih berkembang dan bisa bertumbuh lebih panjang dinding bola matanya. Kalau terlalu lama di screen akan terjadi peningkatan minus, tadinya enggak pakai kacamata jadi kacamata-an, itu yang terjadi setelah pandemi ini," katanya.

Astrinanda mengemukakan perlunya mempelajari aturan melihat layar gawai dengan metode 20-20-20 untuk mencegah gangguan mata akibat terlalu lama menatap layar perangkat elektronik.

Yang dia maksud dengan metode 20-20-20 yaitu melakukan pengaturan dengan stop melihat dekat 20 menit sekali dan melihat objek 20 kaki atau enam meter selama 20 detik.

Selain itu, Astrinanda mengatakan, anak-anak berusia di bawah dua tahun sebaiknya dibatasi menggunakan gawai.

"Patokannya tiga jam, kalau lebih dari tiga jam rentan terjadi dry eye (mata kering), myopia dan astenopia," katanya.

"Saran dari dokter anak juga ada istilah 20-20-20, sebaiknya stop melihat dekat selama 20 menit sekali melihat objek 20 kaki atau 6 meter selama 20 detik," ia menambahkan.

Bagi mereka yang harus menatap layar perangkat elektronik dalam waktu lama, ia menyarankan untuk meningkatkan frekuensi mengedip atau menggunakan cairan air mata buatan seperti obat tetes mata jika merasa permukaan mata kurang lembab.

Selain itu, upaya mencegah gangguan mata akibat terlalu lama menatap layar perangkat elektronik bisa dilakukan dengan mengatur tingkat kecerahan layar, seperti meredupkan cahaya layar ketika berada di ruangan yang minim cahaya.

"Jadi jangan terlalu terang, karena saat di lingkungan yang agak gelap itu pupil mata melebar otomatis, mengatur banyaknya cahaya yang masuk. Kalau terang banget cahaya yang masuk dan terlalu lama menyebabkan tidak nyaman. Kalau di tempat terang disesuaikan saja, boleh diterangkan," kata Astrinanda.

Baca juga:
Perempuan hamil yang diabetes diimbau cek kesehatan mata sejak dini
Dokter: Konsumsi wortel tak bisa sembuhkan mata minus


Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2022