Depok (ANTARA) - Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof Ari Kuncoro mengatakan bahwa G20 merupakan suatu kolaborasi yang bertujuan menentang supremasi dan Indonesia memiliki modal politik bebas aktif dengan daya ungkit pertumbuhan ekonomi 5,44 persen untuk hadapi krisis global.

"Istilah Rantai Pasokan Global ditandai dengan berakhirnya Perang Dingin antara negara-negara Blok Barat dengan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet pada tahun 1991," kata Rektor UI Prof Ari Kuncoro dalam keterangannya, Rabu.

Menurutnya, saat itu semangat dunia adalah semangat kerja sama. Dari segi teori ekonomi, kerja sama tersebut memungkinkan adanya pembagian tugas konsep Division of Labor antara negara, sehingga biaya ongkos produksi bisa diturunkan. Namun, Prof Ari mengatakan keadaan itu memiliki kelemahan.

"Kalau situasinya baik-baik saja, maka dengan tenang suatu negara bisa mengandalkan supply gas dari negara lain. Apa yang terjadi kemudian? Ketika sudah saling tergantung, kemudian terjadi pertengkaran," ujarnya.

Lebih lanjut Prof. Ari menyampaikan pada 25 Februari 2022 terjadi kejutan dari rantai pasokan global, dimana sebenarnya perubahan tersebut terjadi terlalu mendadak. “Dari globalisasi menjadi deglobalisasi. Semua saling menghukum. Semua saling mengisolasikan satu sama lainnya,” kata pakar ekonomi makro tersebut.

Prof Ari menambahkan posisi Indonesia dalam keadaan krisis saat ini adalah punya modal, yaitu politik bebas aktif. “Bebas bukan netral dan aktif ikut mengusahakan perdamaian dunia. Kata bebas itu sangat tepat, mengapa? Dalam statistik, menggunakan kebijakan Median Policy berarti tidak harus netral (di tengah) tapi cari yang median.

Hal ini sangat penting, karena Indonesia mempunyai leverage, selain (event) G20, ada leverage lainnya antara lain termasuk kaya Sumber Daya Alam, punya kelas menengah, punya daya beli, dan terlibat di rantai pasokan internasional.

Ia menyebutkan satu hal menarik, yaitu G20 memberikan kesempatan kepada negara-negara di dunia untuk belajar berkepala dingin dalam mengatasi kerawanan pangan. Di akhir pemaparannya, Prof Ari mengungkapkan keuntungan Indonesia dalam rantai pasokan global.

Indonesia tidak perlu full lock down karena punya kapasitas produksi, yaitu ekspor minyak sawit, besi dan baja, dan spare part. Kesempatan ini menurut Prof Ari bisa dimanfaatkan Indonesia untuk memperkenalkan diri kepada dunia dan ikut membantu menekan inflasi dunia.

Baca juga: UI serahkan buku 'Policy Brief' dukung Presidensi G20
Baca juga: Rektor UI sarankan konsep "The Golden Mid-Way" siasati krisis energi
Baca juga: Lemhannas sampaikan 4 isu arus utama bagi G20 atasi krisis global

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022