Jakarta (ANTARA) - Peneliti Senior dari Health Informatics Research Cluster (HIRC) FKM Universitas Indonesia (UI) Kemal N. Siregar mengatakan Artificial Intelligence (AI) mampu menguatkan terciptanya Puskesmas cerdas bagi masyarakat di masa depan.
“Dengan kita menggunakan teknologi digital memungkinkan kita lebih maju, yaitu memanfaatkan AI,” kata Kemal dalam Webinar Smart Puskesmas Menuju Digitalisasi Layanan Kesehatan Primer yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Kemal menuturkan dengan memanfaatkan platform teknologi digital yang semakin berkembang, setiap Puskesmas di Indonesia dapat memungkinkan mengoperasikan layanan kesehatan dengan menggunakan AI.
Baca juga: AI berpotensi cegah penipuan dalam sistem perbankan digital
AI dapat menunjang dan mempercepat jalannya deteksi dini suatu penyakit, sebelum penyakit seseorang memasuki fase keparahan. Dengan demikian, fatalitas berupa kematian ataupun pengeluaran biaya pengobatan berlebih dapat ditekan sejak dini.
Kemal mengatakan penggunaan AI pada layanan kesehatan primer memang sedang mengemuka, khususnya selama terjadinya pandemi COVID-19. Bahkan, beberapa literatur terbaru dari tiga sampai lima tahun terakhir menyebut bahwa AI sanggup memperkuat layanan kesehatan primer di Puskesmas.
“HIRC atau FKM UI sudah melakukan penelitian sejauh mana penggunaan AI di dalam layanan primer. Misalnya, mendeteksi kecemasan pada ibu hamil dengan menggunakan expert system,” kata Kemal.
Menurut Kemal ,AI menghadirkan solusi inovatif dalam primary health care. Selain mendeteksi kecemasan atau depresi pada ibu hamil, AI dapat digunakan untuk mendeteksi kelahiran prematur berbasis machine learnin secara dini.
AI juga bisa meningkatkan kinerja para bidan di Puskesmas melalui mHealth. Hal lain yang dapat dilakukan adalah mendeteksi penolakan vaksin pada ibu melalui social sensing.
Dengan demikian, dapat diketahui dari mana terjadinya penolakan tersebut, pusat terjadinya penolakan sampai dengan cara penanganannya.
Kemal menyebutkan kalau Puskesmas dapat turut serta dalam penanganan pandemi COVID-19 dengan menggunakan dukungan dynamic system simulator.
Baca juga: BRIN kembangkan AI untuk koleksi data genomik biodiversitas
Baca juga: Google pecat insinyur yang sebut AI makhluk berakal
Bila AI digunakan semaksimal mungkin, kata Kemal, Indonesia dapat mendeteksi dini penyakit kardiovaskular di masyarakat dengan menggunakan personalized health record.
Dalam kesempatan tersebut, Kemal menekankan bahwa pencarian solusi dari segala masalah yang dihadapi dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas, serta mewujudkan layanan kesehatan primer terbaik tidak boleh lepas dari mencermati siklus hidup manusia.
“Tadi juga sudah disampaikan Kementerian Kesehatan bahwa penting bagi kita untuk melihat segala sesuatu dalam siklus hidup,” ujarnya.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022