Strasbourg, Prancis (ANTARA News) - Presiden Asosiasi Sepak Bola Dunia (FIFA), Joseph Blatter, didesak oleh dewan parlemen Eropa untuk ikut memerangi dan mengutuk prostitusi selama Piala Dunia 2006.Sosialis Swiss Ruth-Gaby Vermot-Mangold, pihak yang berwenang membuat laporan "lalu lintas wanita pada ajang Piala Dunia" menyerukan kepada rekan senegaranya Blatter agar membuat sebuah "posisi yang jelas" terhadap bentuk perbudakan modern."FIFA mempertimbangkan lalu lintas manusia menjadi suatu bentuk jaminan yang harus diterima, FIFA dan presiden Joseph Blatter harus menerima tanggungjawab mereka," kata Vermot-Mangold. "MR Blatter akan menjadi bagian ini jika dia tidak melaporkan tentang adanya praktek ini dan jika dia dia tidak memerangi ini," tambahnya. Sejumlah organisasi non pemerintah telah mengingatkan bahwa lebih 60.000 wanita dari Eropa timur akan menyelundup masuk ke Jerman melalui beberapa geng kriminal untuk bekerja sebagai Wanita Tuna Susila selama turnamen yang akan berlangsung di 12 kota pada Juni hingga Juli. Sedangkan beberapa wakil dari dewan Eropa juga menyerukan kepada para pemain sepakbola untuk mendukung kampanye "kartu merah melawan prostitusi". Dalam sebuah pernyataan yang dialamatkan ke parlemen, Blatter mengatakan bahwa FIFA "tidak punya hak untuk mengontrol apa yang terjadi di luar stadion". Wakil dari Portugal Jose Mendes Bota mengklaim bahwa di 12 kota yang menjadi tempat pertandingan, akan bermunculan rumah-rumah bordil darurat serta lahan parkir mobil yang dibuat juga sebagai tempat itu selama berlangsungnya turnamen. "Penduduk melihat pada Piala Dunia 2006 memiliki sebuah arti keuntungan, itu sebuah aliran sex, bir dan sepakbola, perkawinan dari Mr Sepakbola dan Mrs Prostitusi," kata Mendes Bota. Konfensi melawan peredaran manusia telah ditandanganani oleh 25 dari 46 anggota negara dari Dewan Eropa dan hanya Moldova yang mensahkan itu. Prostitusi adalah legal di Jerman, dimana sekitar 175.000 wanita sudah terlibat dalam perdagangan sex. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006