Jakarta (ANTARA) - Juru Kampanye Urban Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Abdul Ghofar mengatakan kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah sudah cukup tinggi dibanding isu lain dengan gerakan berupa pemanfaatan sampah organik yang terintegrasi dengan urban farming.
"Jadi, gerakan zero waste lifestyle itu cenderung meningkat dibanding isu-isu lainnya yang sulit ditangkap, seperti perubahan iklim, isu tambang, isu deforestasi. Dua tahun terakhir ini tren pandemi setidaknya pemanfaatan sampah organik sangat besar terintegrasi dengan urban farming," ucapnya saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Kesadaran masyarakat akan memilah dan memanfaatkan sampah ini juga sejalan dengan program pemerintah pusat, yaitu gerakan nasional minim sampah dan gerakan nasional Pilah Sampah dari Rumah yang diumumkan pada tahun 2019, yang diawasi langsung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Baca juga: Susi Pudjiastuti ajak pilah sampah di rumah demi lingkungan
Ghofar mengatakan gerakan ini sudah dilakukan di beberapa kota besar, salah satunya di Bandung, Jawa Barat dengan gerakan yang dinamakan Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan).
"Seperti Bandung misalnya, dia punya Kang Pisman, kurangi pisahkan manfaatkan, yang substansi sebenarnya selaras dengan gerakan nasional pilah sampah dari rumah," ucapnya.
DKI Jakarta juga memiliki gerakan serupa, yaitu Peraturan Gubernur (Pergub) yang khusus mengatur pengelolaan sampah di tingkat RT (Rukun Tetangga) dan RW (Rukun Warga), dan Pergub Nomor 142 Tahun 2019 tentang Pengurangan Kantong Plastik untuk Mencegah Pencemaran Lingkungan.
"Jadi, gerakan ini selaras dengan apa yang menjadi target pemerintah di level nasional, kita punya komitmen untuk pengurangan sampah laut, ini yang membuat peraturan khusus tentang rencana aksi untuk target penanganan sampah 70 persen dan pengurangan sampah 30 persen di tahun 2025," ucap Ghofar.
Ghofar mengatakan secara nasional kampanye pengelolaan sampah, termasuk sampah rumah tangga sudah menjadi isu yang cukup lama seperti gerakan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan kesadaran masyarakat yang semakin tinggi akan isu lingkungan.
Baca juga: Sampah, dulu tak menarik sekarang dilirik
Baca juga: #AyoDaurUlang hasilkan ratusan tas dari kemasan bekas pakan hewan
Ghofar berharap pemerintah daerah bisa lebih memperbanyak fasilitas seperti bank sampah terpilah ditingkat paling dasar, yaitu rumah tangga.
Selama ini masyarakat yang sudah terinformasi dengan baik masih belum sepenuhnya memanfaatkan sampah yang sudah dipilah, terlebih untuk sampah yang sulit didaur ulang, seperti kertas dan botol PET.
"Pemerintah daerah harus menangkap peningkatan kesadaran masyarakat untuk lebih banyak memfasilitasi penyediaan sarana prasarana yang lebih memadai, misalnya di tingkat paling dasar di rumah tangga atau kawasan ada bank sampah terpilah atau setidaknya kayak Jakarta punya pusat daur ulang," tuturnya.
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022