Untuk itu, Indonesia harus mempunyai strategi yang baik...

Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia masih mempertimbangkan keikutsertaannya dalam kerja sama Trans Pasific Partnership (TPP), dengan menggali masukan dari berbagai pihak di tanah air.

Penggalangan masukan tentang manfaat keikutsertaan Indonesia dalam kerja sama TPP itu antara lain dihimpun melalui penyelenggaraan diskusi.

Pada 14 Juni 2012 lalu, Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Support for Economic Development in Indonesia (SEADI) telah menggelar diskusi mengenai TPP di Hotel Aryaduta Jakarta.

Menurut Kementerian Perdagangan dalam siaran persnya, Rabu, TPP berakar dari kerja sama Asia Pasific dan negara-negara yang terlibat dalam negosiasi itu diharapkan dapat menjadi satu model kerja sama perdagangan masa depan.

Yaitu, kerja sama yang memperkuat keterkaitan ekonomi, meningkatkan daya saing, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan standar hidup, serta mengurangi tingkat kemiskinan.

TPP berusaha menyajikan sebuah model perjanjian perdagangan bebas generasi masa depan di tingkat regional Asia Pasifik yang komprehensif, melakukan liberalisasi bidang perdagangan dan investasi, serta menjawab masalah-masalah perdagangan tantangan abab 21.

Dalam diskusi TPP di Jakarta, hadir berbagai ahli kerja sama ekonomi internasional, perwakilan dari instansi pemerintah, dan pengusaha.

Diskusi dipimpin Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (BPPKP), Bachrul Chairi, dengan pembicara Senior Fellow for Peterson Institute for International Economics, Jeffrey J Schoot.

Para pembahas dalam diskusi itu meliputi Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kemendag Imam Pambagyo, Dirjen Kerja Sama Industri Internasional Kemenperin Agus Tjahjana Wirakusumah, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Anwar Nasution, serta Wakil Ketua Kadin Bidang Perdagangan, Distribusi, dan Logistik Natsir Mansyur.

Kepala BPPKP mengatakan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam TPP mungkin membawa dampak positif bagi Indonesia, namun Indonesia masih terus meneliti secara menyeluruh terhadap sektor-sektor yang terkait.

“Jika negara-negara ASEAN ikut serta dalam TPP dan Indonesia tidak, maka kemungkinan besar pangsa pasar ekspor sulit dipertahankan. Untuk itu, Indonesia harus mempunyai strategi yang baik dalam hal keikutsertaan dalam TPP,” jelas Bachrul Chairi.

Sementara Jeffrey J Scott menyatakan, TPP dibentuk untuk memperkuat integrasi ekonomi di antara negara-negara Asia Pasifik. Kesepakatan TPP memiliki keunikan yaitu, anggotanya meningkat seiring berlangsungnya negosiasi, serta kesepakatan bersifat terbuka dan merupakan living document untuk menuju Free Trade Area of the Asia-Pacific (FTAAP).

Negara-negara yang telah melakukan negosiasi dalam TPP di antaranya Australia, Amerika Serikat, Brunai Darussalam, Chili, Malaysia, Peru, Selandia Baru, Singapura, dan Vietnam.

Mengutip Petri et al, Jeffrey J. Scott menjelaskan bahwa TPP yang beranggotakan 16 negara diestimasikan akan memperoleh keuntungan dan diharapkan akan menjadi pijakan untuk terbentuknya FTAAP pada tahun 2025 dengan asumsi bahwa Kanada-Meksiko-Jepang, Korea dan Indonesia-Filipina-Thailand bersedia untuk bergabung dengan TPP-9.

(*)

Pewarta: Suryanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012