Makassar (ANTARA) - Menyebut nama Kabupaten Bulukumba di Sulawesi Selatan, maka yang terbayang adalah wisata bahari Tanjung Bira, dengan pantai pasir putihnya dan perahu layar khas pinisi yang sudah terkenal hingga ke mancanegara.
Di balik dua ikon yang membawa nama Bulukumba terkenal di dalam dan luar negeri itu, ternyata juga memiliki potensi wisata pegunungan yang tak kalah menariknya untuk dikunjungi.
Secara wilayah, Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat kondisi geografis, yakni dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran rendah, pantai, dan laut lepas.
Kabupaten Bulukumba terletak di ujung bagian selatan dari Kota Makassar, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, terkenal dengan industri perahu pinisi yang banyak memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah daerah.
Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,58 km persegi dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 153 KM atau sekitar 4 hingga 5 jam perjalanan via darat.
Sementara untuk menjangkau Desa Kahayya harus melanjutkan perjalan sekitar satu jam dari Ibu Kota Kabupaten Bulukumba.
Desa Kahayya secara administratif berada di wilayah Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba, dengan jumlah penduduk sekitar 1.254 jiwa dan mayoritas penduduknya adalah petani kopi.
Sebenarnya banyak jalan tembus ke lokasi Desa Kahayya yang sudah berstatus sebagai desa wisata dalam database Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini.
Selain dapat melalui jalan yang melintasi Desa Bialo dari Ibu Kota Kabupaten Bulukumba, juga dapat melalui jalur kabupaten tetangga, yakni Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bantaeng.
Namun semua jalur itu akan bertemu pada satu titik di gerbang Kawasan Wisata Kahayya, Kabupaten Bulukumba.
Memasuki gerbang tersebut, pengujung langsung disambut dengan jalan yang menanjak dan berliku-liku.
Dengan kemiringan jalan sekitar 45 hingga 30 derajat, akan menjadi tantangan tersendiri bagi pengendara roda dua dan empat. Ditambah lagi dengan kondisi jalan yang rusak pas di lokasi tanjakan, membuat sebagian mobil terpaksa parkir di lokasi itu.
Kemudian pengujung melanjutkan perjalan dengan berjalan kaki atau pun dengan motor jemputan milik warga setempat.
Sementara di sepanjang jalan akan ditemukan beberapa hunian warga di tepi kiri dan kanan jalan dengan model rumah panggung.
Pilihan rumah panggung secara turun-temurun itu, untuk menghindari binatang buas yang kerap turun dari hutan, seperti babi hutan dan ular.
Sedang di tepi jalan akan ditemukan warga yang menjemur kopi ataupun cengkeh dari hasil produksi perkebunannya.
Sebelum tiba di Desa Kahayya, pengunjung dapat singgah berswafoto di lokasi batas Dusun Gamaccayya yang menawarkan pemandangan indah dari ketinggian serta kicauan burung yang memberi rasa ketenangan.
Tak jauh dari lokasi itu, aroma khas dan tajam kopi Kahayya mulai menyeruak saat memasuki desa wisata itu.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Bulukumba, H Muhammad Daud Kahal, jika selama ini Bulukumba dikenal dengan wisata baharinya, kini Pemkab Bulukumba menggencarkan promosi wisata pegunungan di Desa Kahayya.
Meski diakui, infrastruktur jalan ke lokasi desa wisata itu masih belum mendukung, namun sejumlah program untuk mendukung pembangunan infrastruktur terus diupayakan dan telah dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemkab Bulukumba periode 2021 - 2026.
Bahkan Pemkab Bulukumba telah membuat detail enginering design (DED) untuk upaya perbaikan berbagai infrastruktur itu.
Senandung Kopi Kahayyya
Banyak cara mempromosikan suatu potensi daerah, salah satunya melalui kegiatan komunitas yang dikemas dalam "Senandung kopi Kahayya" (SKK).
Melalui kegiatan SKK ini, kata salah seorang penggagas SKK, Lukman yang juga pengurus Serikat Pemuda Kahayya (SPK), bersama rekan-rekannya dan mitra menggelar pertunjukan seni, pameran produk lokal, lomba fotografi, lomba roasting kopi dan sejumlah kegiatan lainnya selama tiga hari, yakni 7 - 9 Oktober 2022.
Kegiatan SKK yang kini sudah tahun kelima diawali oleh program nasional "Indonesia Move on Project" yang masuk ke Kahayya dengan mengajak para pemuda dan tokoh-tokoh masyarakat Kahayya membentuk SKK pada 2015.
Khusus lomba roasting kopi pada SKK kelima melibatkan 11 warga Kahayya berkompetisi dan untuk lomba barista sebanyak 60 orang dari berbagai daerah di Sulsel.
Desa Kahayya yang sudah identik dengan kopi dan pemandangannya yang indah, kini mulai dikenal oleh pengunjung Nusantara, bahkan mancanegara.
Produksi kopi Kahayya sendiri sudah dinikmati oleh pecinta kopi di Dubai dan Rusia. Kopi Kahayya, baik jenis Robusta dan Arabica ini, diekspor per bulan melalui perantara lembaga.
Sedikitnya sekali pengiriman ke luar negeri dalam bentuk kemasan 100 kilogram hingga 200 kilogram.
Hal itu dibenarkan salah seorang peserta lomba, Daya yang juga merupakan ibu rumah tangga, sekaligus sebagai petani.
Ekspor kopi dengan pasar yang jelas, membuat petani setempat bersemangat untuk berproduksi dan menjaga kualitas produksinya.
Tanaman kopi milik keluarganya sekitar 200 pohon yang tersebar di perbukitan Kahayya yang juga adalah kaki Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompo Battang, rata-rata mampu menghasilkan dua ton kopi saat panen di musim kemarau.
Namun saat musim hujan, produksi yang diperoleh hanya setengah dari kondisi saat kemarau.
Jenis kopi Robusta yang dikembangkan di Kahayya ini sebenarnya sudah ada sejak zaman Kolonial Belanda sekitar 1930 M, sedangkan jenis kopi Arabica pertama kali dikembangkan di Kahayya pada 1980 M.
Karena keandalan kopi di desa ini, maka berdasarkan sejarahnya, penamaan Desa Kahayya berasal dari kata "Kaha" yang berarti kopi, sedangkan tambahan "ya" sebagai kepunyaan kita.
Dengan demikian, kampung atau desa Kahayya artinya "kampung kopi milik kita". Karena itu tidak mengherankan jika Desa Kahayya menjadi desa wisata kopi.
Hal ini juga yang membuat salah seorang tim penilai roasting kopi pada SKK 2022, H Nasrum tertarik untuk datang ke Kahayya.
Kopi yang dikembangkan di Desa Kahayya setidaknya dapat memenuhi empat sisi kriteria, penampakan biji, aroma, karakter dan cita rasanya, bahkan penyajiannya.
Dari peserta lomba roasting kopi yang semuanya adalah warga Kahayya, dapat disimpulkan kualitas produksi kopinya sudah di atas rata-rata.
Artinya kopi yang dipetik rata-rata sudah sesuai umur petiknya, menjemur dan menyangrai biji kopinya juga sesuai standar, sehingga kualitas kopinya menjadi perhitungan pangsa pasar dalam dan luar negeri.
Hanya saja untuk menyempurnakan Desa Kahayya sebagai objek wisata kopi, masih perlu pembenahan di sana-sini, khususnya akses jalan menuju lokasi tersebut.
Keseriusan pemerintah daerah dan juga dukungan dari pemerintah provinsi di Sulsel, termasuk pemerintah pusat, sangat menentukan Desa Kahayya dapat menjadi desa wisata unggulan, sehingga ke depan Bulukumba bukan hanya dikenal potensi wisata baharinya, namun juga wisata pegunungannya dengan potensi komoditas kopinya yang sudah mengglobal.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022