Tokyo (ANTARA News) - Memegang erat tangan ibunya, namun senyum mengembang dibibirnya pada. Itulah adegan saat kamera televisi mengambil adegan putri Aiko, penerus tahta kerajaan Jepang yang berada di urutan ke tiga setelah ayahnya dan pamannya pangeran putra ketiga, mengawali masuk Taman Kanak-kanak (TK)
Aiko, putri Pangeran Naruhito dan ibunya Putri Masako, terlihat mengenakan seragam rok berlipat dipadu jaket dan topi di TK Gakushin di Tokyo di temani kedua orang tuanya.
Tak lama sebelum bergabung dengan 50 anak-anak lainnya untuk mengikuti upacara penerimaan siswa baru, putri mungil yang merebut hati setiap orang di Jepang, terutama kaum wanita itu, tampak melepaskan genggaman tangan sang ayah.
Putri Masako yang dikabarkan menderita sakit berkaiatan dengan stres selama dua tahun lebih, lantaran ingin memiliki seorang putra sebagai penerus tahta kerajaan Jepang, tampak tersenyum dan melambaikan tangan kepada khalayak ramai yang menonton di luar halaman sekolah.
Sejauh ini, Parlemen Jepang berencana mengubah undang-undang kerajaan yang dapat membuka jalan bagi putri Aiko menjadi penerus pemegang tahta kerajaan.
Namun, pada Februari 2006 dikabarkan istri pangeran termuda --putra ketiga Ahikito dan putri Michiko-- tengah mengandung anak ketiga yang membuka harapan akan kemungkinan munculnya seorang bayi lelaki yang dapat menggantikan Aiko sebagai ahli pewaris tahta salah satu kerajan tertua di dunia itu.
Sejak 1965 belum ada bayi laki-laki yang hadir di tengah keluarga kerajaan Jepang, dan para penasihat Perdana Menteri (PM) Junichiro Koizumi telah mengajukan usul tahun lalu untuk membuat perubahan undang-undang yang dapat membenarkan seorang wanita dan anak-anaknya menjadi pewaris tahta kerajaan.
Namun, Koizumi belum menyetujui usul tersebutlantaran amat ditentang oleh kelompok konservatif, apalagi setelah mendengar berita kehamilan istri pangeran ketiga yang memungkinkan kerajaan akan memiliki ahli waris seorang putra mahkota, seperti apa yang telah menjadi ketentuan dan peraturan kerajaan selama ratusan tahun. (*)
Copyright © ANTARA 2006