Tokyo (ANTARA) - TOKYO, 8 Oktober (Xinhua) -- Tokyo Electric Power Company Holdings Inc. (TEPCO) telah mendramatisasi keamanan air limbah nuklir olahan mereka dengan penggunaan dosimeter yang gagal mendeteksi zat radioaktif tertentu di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi Jepang, menurut laporan media setempat.
Saat mendemonstrasikan keamanan air limbah nuklir yang telah diolah, perusahaan tersebut menggunakan dosimeter yang gagal mendeteksi tritium radioaktif, tetapi hanya merespons sesium konsentrasi tinggi yang dipancarkan oleh sinar gamma, papar surat kabar Tokyo Shimbun.
Saat berkeliling di PLTN Fukushima Daiichi, staf TEPCO meletakkan dosimeter yang hanya mendeteksi sinar gamma di dekat botol yang berisi air limbah olahan, sebagai demonstrasi bahwa air limbah itu aman, menurut surat kabar tersebut.
Meski demikian, air limbah itu nyatanya mengandung tritium dengan konsentrasi sekitar 15 kali lipat dari jumlah standar pelepasan, papar Tokyo Shimbun lebih lanjut.
Katsumi Shozugawa, assistant professor di Universitas Tokyo, menyebut bahwa peragaan itu "tidak ada artinya secara ilmiah."
Dia menuturkan bahwa meskipun jumlah sesium dalam sampel air puluhan kali lebih tinggi dari standar pelepasan, keberadaannya tetap tidak dapat terdeteksi, mengingat dosimeter itu hanya merespons sinar gamma yang dipancarkan oleh sesium dengan konsentrasi yang sangat tinggi.
Menurut rencana yang dikeluarkan oleh TEPCO, air limbah nuklir dari pendinginan meltdown inti reaktor di PLTN Fukushima Daiichi harus diolah setidaknya dua kali sebelum dibuang ke laut, dengan kondisi air olahan tersebut mengandung tritium yang memancarkan radiasi beta lemah.
Tritium tidak dapat dihilangkan dari air limbah oleh fasilitas pengolahan TEPCO.
Menurut TEPCO, demonstrasi itu telah ditunjukkan kepada sekitar 1.300 organisasi dan 15.000 pengunjung sejak Juli 2020.
Perusahaan tersebut mengklaim bahwa tujuan demonstrasi itu adalah menjelaskan bahwa sinar gamma yang dipancarkan oleh air limbah olahan sudah berkurang, dan mengakui bahwa tritium yang memancarkan sinar beta masih melebihi jumlah standar, kata surat kabar itu.
Diguncang gempa magnitudo 9,0 dan tsunami yang melanda timur laut Jepang pada 11 Maret 2011, reaktor No. 1-3 PLTN Fukushima Daiichi mengalami meltdown inti reaktor, yang mengakibatkan kecelakaan nuklir level 7, level tertinggi berdasarkan Skala Kejadian Nuklir dan Radiologi Internasional (International Nuclear and Radiological Event Scale).
PLTN itu telah menghasilkan air terkontaminasi radiasi dalam jumlah yang sangat besar sejak kecelakaan tersebut. TEPCO belakangan telah memulai pembangunan fasilitas yang akan membuang air limbah nuklir itu ke laut.
Pewarta: Xinhua
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022