Makassar (ANTARA News) - Kemajuan industri maritim di Vietnam telah melampaui Indonesia, bahkan bila pelaku industri kapal di negeri ini tidak tanggap terhadap kemajuan global, maka Philipina dan Kamboja akan menyusul meninggalkan Indonesia. "Negara-negara itu sejak beberapa tahun lalu makin banyak memproduksi kapal penumpang, barang maupun kapal penangkap ikan, sementara Indonesia terkesan jalan di tempat," kata Ir Amrullah Pasik, Dirut PT. Industri Kapal Indonesia (IKI) Makassar, Rabu. Amrullah tidak merinci sejauh mana kemajuan Vietnam dalam industri perkapalan dibanding Indonesia, namun menurutnya, informasi ini menjadi tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dalam memproduksi sarana transportasi laut baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun pesanan negara-negara sahabat. Salah satu upaya menuju sukses dalam persaingan industri kapal ke depan adalah dengan memperbaiki sarana penunjang galangan kapal antara lain pengembangan galangan dengan kemampuan daya tampung 40.000 sampai 115 .000 DWT serta peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pemerintah, katanya, telah berupaya untuk memberdayakan industri pelayaran dalam negeri dengan menerbitkan Inpres Nomor 5 tahun 2005 dimana sekitar 6.000 unit kapal yang beroperasi di perairan Indonesia harus menggunakan bendera Indonesia. "Ini peluang besar bagi industri perkapalan di dalam negeri, termasuk PT IKI Makassar akan berperan lebih banyak bahkan menjadi pusat industri perkapalan yang membangun dan memperbaiki kapal-kapal Indonesia, khususnya di Kawasan Timur Indonesia," ujarnya. PT IKI Makassar saat ini mampu membangun sebanyak lima unit kapal bertonase total 250.000 DWT setiap tahun belum termasuk rehabilitasi kapal dengan tonase total 500.000 DWT per tahun. Tiga tahun lalu, PT IKI Makassar memproduksi puluhan kapal penumpang jenis fery pesanan Provinsi Sulsel, Sulawesi Tenggara, Sulut, Gorontalo dan Papua. Tahun 2006, pihaknya akan memproduksi sejumlah 11 unit kapal tanker pesanan pemerintah Belanda, katanya menambahkan.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006