Jakarta (ANTARA News) - Hujan lebat yang melanda Jakarta dan kawasan sekitarnya Selasa sore mengakibatkan sebagian besar wilayah Jakarta macet total, terutama di jalan-jalan protokol menuju Jakarta maupun menuju daerah-daerah di sekitar kota berpenduduk lebih dari 11 juta jiwa itu. Berdasarkan pengamatan ANTARA, wilayah Jakarta yang nyaris "lumpuh" akibat hujan itu, di antaranya adalah Jl Kebun Jeruk, kawasan Grogol, kawasan Senen, kawasan Kwitang, kawasan Segitiga Emas (Jl Mh Thamrin- Sudirman- Kuningan), Jl Gunung Sahari, Jl Matraman, dan berbagai kawasan Jakarta lainnya. Para pekerja, termasuk perempuan hamil atau pemilik mobil, terlihat banyak yang berjalan kaki pulang ke rumahnya atau berjalan kaki menuju daerah yang relatif lebih lancar. Kemacetan itu ternyata menjadi "berkah" bagi para pedagang nasi uduk, cafe, maupun warung saji cepat. Para pedagang nasi uduk di sepanjang Jl Kwitang dan Matraman terlihat dipenuhi para pembeli yang umumnya pekerja kantoran. Dagangan nasi uduk yang biasanya baru habis terjual pada tengah malam, kali ini sudah nyaris habis terjual karena banyak pembeli. Kemacetan juga melanda bus cepat "Trans Jakarta". Angkutan yang dikenal "anti macet" itu ternyata mengalami kemacetan total, seperti di Jl Kwitang atau di perempatan-perempatan lampu merah di jalur busway, seperti di Thamrin dan Pasar Baru. Hujan deras disertai angin kencang yang mendera Jakarta mengakibatkan tumbangnya pepohonan, termasuk di Jl Abdul Muis dan menimpa sebuah mikrolet jurusan Tanah Abang-Kota. Tiga orang penumpangnya tewas dan tiga lainnya luka-luka. Satu dari tiga korban yang tewas itu diidentifikasi bernama Martono, pegawai Departemen Perhubungan, sedangkan dua orang tewas lainnya belum diketahui identitasnya, namun mayatnya dibawa ke RSCM. Hujan lebat yang berlangsung sekitar satu jam itu juga mengakibatkan sejumlah ruas jalan di Ibukota banjir setinggi 30 hingga 40 centimeter dan macet total sehingga sejumlah mobil pribadi memasuki jalur Busway yang selama ini tertutup untuk mobil pribadi.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006