Sebagai sahabat, Indonesia berharap agar konflik militer Rusia-Ukraina bisa segera berakhir

Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan Pemerintah Indonesia berharap konflik antara Rusia dan Ukraina segera berakhir sehingga kondisi perdamaian di dunia bisa kembali pulih.

"Sebagai sahabat, Indonesia berharap agar konflik militer Rusia-Ukraina bisa segera berakhir dan dunia bisa kembali pulih," kata Bambang Soesatyo dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Bambang Soesatyo mengatakan hal itu saat menerima kunjungan Ketua Dewan Federasi Majelis Federal Federasi Rusia Valentina Matvienko di Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan penyelesaian konflik kedua negara itu diperlukan sehingga dapat membantu pemulihan dunia yang masih menghadapi resesi pascapandemi COVID-19. Dalam pertemuan itu, dia juga mengapresiasi sikap Rusia yang siap membuka dialog perundingan dengan Ukraina.

Sesuai dengan prinsip luar negeri bebas dan aktif, kata Bambang, Indonesia tidak pernah memihak kepada pihak yang bertikai, melainkan selalu berpihak kepada terwujudnya perdamaian dunia.

Begitu pun dalam menyikapi konflik militer Rusia-Ukraina, Indonesia selalu menyerukan kepada kedua negara sahabat tersebut tentang pentingnya mengedepankan dialog berkeadilan, sehingga konflik segera bisa dihentikan secepat mungkin.

"Bukan hanya demi kebaikan warga Rusia dan Ukraina, melainkan juga demi kebaikan seluruh warga dunia," tambahnya.

Baca juga: Puan bertemu Ketua Parlemen Rusia bahas konflik Rusia-Ukraina

Bambang menyampaikan apa yang dikatakan Valentina Matvienko dalam pertemuan tersebut. Menurut dia, Matvienko menilai bahwa posisi Indonesia bagi Rusia sangat penting, di mana Indonesia dinilai sebagai mitra kunci bagi Rusia di kawasan Asia Pasifik.

Rusia juga menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, katanya.

Bambang menjelaskan kedekatan Indonesia dengan Rusia terjalin sejak tahun 1956, yang salah satunya dibuktikan dengan keberadaan Gedung Nusantara di Komplek Parlemen RI di kawasan Senayan, Jakarta, dibangun atas gagasan Presiden pertama RI Soekarno untuk menyelenggarakan Conference of the New Emerging Forces (Conefo).

Rusia, yang saat itu masih menjadi Uni Soviet, termasuk negara pendukung gagasan pembentukan The New Emerging Forces yang dicetuskan oleh Soekarno.

"Keberadaan komplek Stadion Gelora Bung Karno juga tidak lepas dari peran (mantan) Presiden Uni Soviet Nikita Khrushchev, yang mengirimkan para insinyur dan teknisi dari Uni Soviet untuk membantu merancang dan membangun Stadion GBK," kata Bambang.

Baca juga: Presiden Rusia tanda tangani dekret untuk ambil alih PLTN Zaporizhzhia

Sementara itu, bagi Indonesia, Rusia merupakan pasar potensial sekaligus mitra dagang utama, di mana Indonesia dan Rusia telah menargetkan nilai perdagangan kedua negara bisa mencapai 5 miliar dolar AS dengan peningkatan Status Kemitraan Strategis.

Dia memaparkan beberapa komoditas Indonesia yang potensial untuk diekspor ke Rusia, antara lain kopi, teh, rempah-rempah, dan buah-buahan tropis; sedangkan komoditas minyak sawit masih mendominasi ekspor Indonesia ke Rusia sebesar 33 persen dalam lima tahun terakhir.

"Market share kelapa sawit Indonesia di Rusia mencapai 93 persen dari total impor sawit Rusia pada tahun 2020 atau 863 ribu ton dengan nilai 656 juta dolar AS," ujar Bambang Soesatyo.

Turut hadir dalam pertemuan itu antara lain Ahmad Basarah, Ahmad Muzani, Fadel Muhammad, Wakil Ketua Dewan Federasi Majelis Federal Federasi Rusia Konstantin Kosachev, Wakil Ketua Duma Negara Majelis Federal Federasi Rusia Petr Tolstoy, Senator Rusia Lilia Gumerova, serta Senator Rusia Vladimir Dzhabarov.

Baca juga: Ketua DPR RI apresiasi minat Rusia terlibat proyek kereta IKN

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022