Kota Kupang (ANTARA) - Pakar bahasa dari universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Dr. Marsel Robot, M.Si mengatakan perlu tiga langkah nyata untuk mempertahankan bahasa daerah dari ancaman kepunahan.

Langkah pertama yang perlu dilakukan pemerintah adalah melakukan riset dan mendokumentasikan bahasa-bahasa daerah untuk dijadikan sebagai bahan mengajar di semua level pendidikan, kata Marsel Robot menjawab ANTARA di Kupang, Kamis.

Dia mengemukakan pandangan itu berkaitan dengan ancaman kepunahan bahasa daerah dan bagaimana mendorong lembaga pendidikan hingga keluarga untuk "memperpanjang usia" bahasa daerah agar tidak punah dan adakah pemanfaatan teknologi atau aplikasi yang dapat membuat bahasa daerah tetap terlestarikan.

Kemendikbudristek menyebutkan bahwa penutur bahasa daerah kian berkurang. Salah satunya karena perkawinan antarsuku yang lebih memilih menggunakan Bahasa Indonesia.

Benar bahwa tingkat pluralitas yang tinggi memusnahkan bahasa daerah, katanya menambahkan.

"Salah satu contoh kawin antarsuku. Keluarga antarsuku pasti menggunakan bahasa Indonesia. Itu berarti pula, dua bahasa daerah pupus atau hilang atau mengalami atrisi," ucapnya.

Karena itu, menurut dia, ada tiga hal perlu dilakukan yakni makukan riset dan mendokumentasikan bahasa daerah untuk dijadikan sebagai bahan ajar pada semua level pendidikan.

Kedua pemerintah perlu memasukkan bahasa daerah sebagai mata pelajaran (mapel) wajib pada semua jenjang pendidikan.

Ketiga adalah pihak lembaga pendidikan harus melakuan berbagai event yang berkaitan dengan usaha menghidupkan kembali bahasa daerah seperti berpidato berbahasa daerah, lomba berceritera dalam bahasa daerah dan lomba debat dalam bahasa daerah.

Selain itu, teknologi harus bisa mengalihwahanakan tradisi pewarisan bahasa daerah melalaui film pendek atau film kartun, kata Marsel Robot menambahkan.
Baca juga: Pakar ajak masyarakat lestarikan bahasa-sastra daerah agar tidak punah
Baca juga: Kemendikbudristek: Ancaman kepunahan bahasa daerah sangat besar
Baca juga: Kemendikbudristek: Daya hidup bahasa daerah memprihatinkan

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022