Pelbagai kasus kekerasan yang mewarnai kegiatan operasional PT Freefort di Papua dalam beberapa tahun terakhir dan penolakan terhadap aktivitas PT Newmont di Sulut dan Nusa Tenggara serta ExxonMobil di Jawa Timur membuat tanggap sejumlah pengusaha nasional yang bergerak di bidang pertambangan. Sebut saja Boy Garibaldi Thohir, Presiden Direktur PT Adaro Indonesia (Envirocoal), sebuah perusahaan tambang batubara yang memiliki cadangan di Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, yang "merasa gelisah" ketika perusahaan itu dirasakan belum memberi cukup "pancing" kepada generasi muda setempat. "Kendati melalui program pembangunan masyarakat (community development) Adaro sudah lama bekerjasama dalam berbagai bidang dengan pemerintah daerah, antara lain pertanian, perkebunan, ekonomi dan pembangunan infrastruktur, Adaro mengira masyarakat harus lebih berdaya sehingga ketika Adaro `selesai`di dua kabupaten itu, masyarakat dapat mandiri secara berkelanjutan," kata Boy Thohir didampingi antara lain oleh anggota Dewan Direktur PT Adaro Mr A.H. Chia, General Manager Operations Putu Sastrawan dan GM-External Relation Priyadi. Mandiri berkelanjutan yang dimaksud Boy adalah kegiatan perekonomian masyarakat tidak hanya tergantung pada hasil sumber daya alam seperti minyak dan batubara yang sewaktu-waktu bakal habis. Namun lebih kepada kemampuan untuk menempa jiwa kewirausahaan yang handal berbasis pada karakter diri yang baik dan kuat. Dengan jiwa kewirausahaan yang handal diharapkan masyarakat Kalimantan Selatan dapat menciptakan lapangan kerja di pelbagai bidang dan tidak melulu mengandalkan potensi pertambangan. Kendati Boy mengaku potensi tambang Adaro, deposit dan reserve (cadangan) yang bisa dijual masih dapat dituai hingga 15 tahun lagi atau Bupati Balongan yang menyatakan wilayahnya masih menyimpan cadangan batubara hingga 50 tahun ke depan, jelas bukan sumber pendapatan abadi. "Karena itu perlu dipersiapkan program jangka panjang guna menciptakan kemandirian masyarakat setempat khususnya dalam bidang pemberdayaan generasi muda karena merekalah yang akan melanjutkan pembangunan di provinsi Kalimantan Selatan," kata Boy. Menurut Putu Sastrawan, masyarakat Kalimantan Selatan memiliki karakter pedagang. Sehingga program-program pelatihan yang berbasis pada penempaan jiwa kewirausahaan dianggap menjadi pilihan yang tepat dalam mengejawantahkan program pembangunan masyarakat PT Adaro. Untuk itu, Adaro berkomitmen akan terus menggulirkan program-program pelatihan yang setiap tahun dapat bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Lebih lanjut Boy menjelaskan soal tudingan bahwa perusahaan di bidang pertambangan atau perminyakan sangat eksklusif dalam melaksanakan kegiatannya. Eksklusivitas pada jenis usaha itu, kata Boy, jelas ada, tapi terbatas hanya pada proses penambangan saja bukan pada manajemennya. "Dalam kegiatan penambangan, kami harus menggunakan alat-alat berat yang luar biasa besarnya. Aspek keselamatan (safety) perlu diutamakan. Bayangkan kalau banyak orang dapat memasuki areal penambangan, tentu sangat berbahaya. Orang-orang yang masuk itu bisa saja terlindas karena tidak terlihat," katanya. Sementara di bidang manajerial, PT Adaro menerapkan manajemen terbuka dan manajemen pembauran sehingga tidak ada rasa curiga maupun kekhawatiran dari kedua pihak (perusahaan dan pemerintah daerah). Boy yang tidak mengatakan besar kucuran dana melalui program pembangunan masyarakat di Kalimantan Selatan itu berulangkali menyatakan yang penting bukan "amount"-nya (besarnya dana) melainkan program-program yang dibuat. "Selama ini, program pembangunan masyarakat PT Adaro tidak berbentuk dana tunai tapi lebih pada partisipasi infrastruktur antara lain pembangunan jalan, penerangan jalan dan rumah sakit", katanya. Makan durian dengan Aa Gym Berawal dari obrolan ringan sambil makan durian selepas mengantar dai berjiwa wirausaha, KH Abdullah Gymnastiar keliling pertambangan PT Adaro, tercetuslah pemikiran untuk mempertajam peran serta PT Adaro dalam pembangunan generasi muda di Kalimantan Selatan. Seperti gayung bersambut, Aa Gym, panggilan akrab KH Abdullah Gymnastiar, pemimpin Pondok Pesantren Darrut Tauhid, Bandung, ternyata bersedia memberi pelatihan kewirausahaan yang selama ini dilakukan pondok pesantrennya. Selain itu, sebagaimana identifikasi Departemen Sosial, masalah kemiskinan yang sebagian besar berada di daerah pedesaan antara lain di sekitar kawasan hutan/tambang, kian memperkuat komitmen PT Adaro untuk menjadi bagian dari masyarakat dan tetangga yang baik melalui implementasi program pembangunan masyarakat di Kalimantan Selatan. PT Adaro melihat program pemberdayaan generasi muda memiliki posisi sentral dan strategis karena pemuda selalu identik dengan kekuatan, semangat dan keinginan yang menggebu-gebu untuk mencari makna hidup sehingga dapat diharapkan para pemuda menjadi pelopor penggerak berbagai perubahan. Lebih lanjut PT Adaro juga menyadari bahwa keberadaan pemuda merupakan salah satu urat nadi di dalam kehidupan daerah, karena itu pemuda merupakan aset yang sudah selayaknya mendapat perhatian, sentuhan teknologi pembangunan dan kesempatan untuk mewujudkan kemajuan daerah. Melalui Nota Kesepahaman (MoU) Program Pemuda Pelopor Harapan yang ditandatangani PT Adaro dan Ponpes Darrut Tauhid di Aula Pertemuan Ponpes Darrut Tauhid, Bandung hari Sabtu (8/4), disaksikan oleh Bupati Tabalong, Drs H. Rachman Ramsyi Msi dan Bupati Balangan, Ir H. Sefek Effendi, untuk tahap awal, 80 pemuda Kalsel akan dididik dan dilatih kewirausahaan oleh Ponpes Darrut Tauhid tanpa memandang agama mereka. Delapan puluh pemuda sesuai MoU tersebut akan dibagi dalam dua kelompok. Masing-masing kelompok akan mengikuti pelatihan kewirausahaan di Darrut Tauhid selama 3-4 bulan. "Standar pemilihan pemuda yang dapat mengikuti pelatihan antara lain berpendidikan Sekolah Dasar (SD), bisa membaca dan menulis, berusia maksimal 25 tahun dan akan dilakukan tes psikologi untuk mengetahui motivasi mereka," kata salah seorang pengurus lembaga pendidikan Darrut Tauhid mewakili Aa Gym. Menurut brosur Darrut Tauhid, salah satu kegiatan Departemen Pendidikan Ponpes adalah membentuk santri-santri pelopor, terutama di daerah pedesaan. Santri itu dibekali dengan pelatihan entrepeneurship (kewirausahaan) dan leadership (kepemimpinan). Target pelatihan adalah menggabungkan karakter baik dengan jiwa kewirausahaan yang kuat. Gabungan karakter itu akan menjadikan manusia yang jujur, rendah hati, adil, tulus, disiplin, pemberani, ulet dan konsisten. "Bila kombinasi itu ketemu, Insya Allah akan tercipta pengusaha yang mulia dan profesional," kata Aa Gym. Ponpes Darrut Tauhid juga akan melakukan pendampingan selama satu bulan pascapelatihan kewirausahaan tersebut. Terkait dengan MoU dengan PT Adaro, Aa Gym menyatakan merasa beruntung ditentukan Allah SWT menjadi jembatan untuk membuat orang lain bermanfaat. Indonesia, kata Aa, mempunyai keunggulan komparatif. Tetapi, kelebihan itu dapat berbuah malapetaka, jika tidak bisa diubah menjadi keunggulan kompetitif. "Sumber daya alam suatu saat akan habis, karena itu sebelum habis harus diciptakan manusia-manusia unggul yang mampu mandiri, sebagaimana dicontohkan oleh PT. Adaro," kata Aa Gym.(*)
Oleh Primayanti
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006